Langsung ke konten utama

Ottoman, resto Turki di Depok

“Restoran Turki di Depok?” tanya teman saya penggemar kuliner. Sepanjang pengetahuannya, restoran Turki, Arab, Yordania, dan negara-negara Timteng lainnya tentunya hanya ada di Jakarta, terutama daerah elite seperti Kemang dan Kebayoran Baru, misalnya.
Tapi di tempat yang teduh tenang di salah satu bagian Kota Depok, ternyata berdiri dengan anggun satu restoran yang otentik dari Turki, bukan sekedar gaya-gayaan atau mirip-miripan. Restoran Turki itu bernama Ottoman, satu kemaharajaan Turki yang pernah membentang dari Eropa Timur, Timur Tengah, hingga Afghanistan. Kejayaan dinasti Ottoman tak urung memberi gaya kuliner tersendiri. Semula, berbagai resep masakan Turki yang istimewa hanya diolah di dalam istana saja.
Hüseyin Hişim di Resto Turkinya, Ottoman
             Akan tetapi persinggungan dengan masyarakat awam terjadi pada hari raya keagamaan sehingga masakan istana dapat dinikmati rakyat kebanyakan. Dalam perkembangannya, gaya masakan Turki dipengaruhi negeri-negeri jajahannya, dan secara timbal-balik mempengaruhi pula menu negara bawahannya. Maka masakan yang semula berasal dari Yunani, kemudian bercampur dengan Turki melanglang ke daerah-daerah sekitarnya dan berpengaruh hingga sekarang seperti di negara-negara Balkan, Timur Tengah, Maditerania, Anatolia, Timur Tengah, dan sebagainya. Mantan Presiden Pakistan Pervez Musharraf dalam biografinya menyebut beberapa jenis masakan Pakistan ada pengaruh dari hidangan Turki.
             Restoran Ottoman didirikan dua tahun lalu oleh seorang pemuda asal Turki, Hüseyin Hişim, yang menikahi gadis Minang dari kota Padang. Mereka bertemu ketika sama-sama belajar di Amerika Serikat. Mereka saling cocok lalu menikah tiga tahun yang lalu dan dikaruniai seorang anak. Tahun lalu Hüseyin menyoba peruntungan dengan membuka restoran Turki negeri asalnya. Ia berharap para pengajar dan pengurus Sekolah Pribadi, Depok, yang berasal dari Turki menjadi langganannya. Sekolah itu memang hasil kerjasama antara Indonesia dan Turki. Jumlah warga Turki yang ada di Jabotabek mencapai ratusan, dan di Depok sendiri diperkirakan puluhan orang, kebanyakan dari Sekolah Pribadi.
             Tahun pertama adalah masa terberat bagi Hüseyin, sebab restoran Turki masih jarang ada di Jabodetabek khususnya di Depok. Beberapa tahun lalu memang ada warung Turki di pinggir Jalan Margonda di sisi timur, menghidangkan masakan Turki terutama kebabnya. Warung ini tak bertahan lama. Sebagai gantinya banyak bertebaran kios Kebab Turki satu warung waralaba yang dimiliki dan dikelola orang Indonesia asli. Tentu saja masakannya tidak sepenuhnya Turki.

Mulai dikenal
              Restoran Turki Ottoman berlokasi di Jalan K.H. M. Yusuf No.54D, Sukmajaya, Depok. Letaknya adalah di jalan sudetan baru antara jalan raya Depok II Tengah dengan Jl. Juanda, tepatnya di dekat pintu belakang Perumahan Pesona Kayangan, Depok. Seiring dengan pergerakan waktu, lama-lama orang mulai mengenal restoran Turki ini. Mereka umumnya para ekspatriat yang sering mengambil jalur pintas guna menghindari kepadatan lalulintas Jalan Margonda.
             Menurut Hüseyin, selain orang-orang Turki sendiri, sejumlah pelanggannya adalah ekspatriat asal Belanda. Dari pertukaran informasi antara mereka inilah restoran Ottoman sedikit demi sedikit dikenal orang.

Menu asli
 Kanat, nasi gurih beras asli Turki dan sayap ayam panggang
             Menu-menu yang disajikan Ottoman sebagian besar memang asli masakan Turki. Dari yang ringan seperti durum doner kebab, durum adana kebab, durum tavuk shish kebab, kanat, dsb hingga menu “berat” seperti babaghanoush, cacik, aciki ezme dan masih banyak lagi. Berbagai macam sup sebagai menu pembuka juga disiapkan. Bermacam-macam jenis minuman Turki juga ada termasuk kopi dan teh khas mereka.
             Bagi penggemar tembakau juga disediakan pipa rokok gaya Timteng, yaitu shisha, tersedia sebanyak dua tabung besar serta tiga model kecil, lengkap dengan berbagai macam “tembakaunya”.
             Mengenai harganya harus diakui agak sedikit mahal dibandingkan dengan makanan lokal, akan tetapi tentunya sangat murah dari kacamata orang asing. Namun harga tetap terjangkau oleh pengunjung lokal, sebab masakan lokal pun ada yang sangat jauh lebih mahal dari harga menu di Ottoman. Apalagi dibandingkan dengan haute cuisine di restoran Barat di Jakarta, maka harga di Ottoman amat bersahabat. Tentu saja bila dibandingkan dengan pengalaman bertualang kuliner memanjakan lidah dengan menu-menu eksotik asal Turki tentu mengabaikan semua jumlah uang yang dikeluarkan. Satu pengetahuan baru yang amat berharga dan bisa saja Anda menjadi kecanduan karenanya.
Seorang tamu menikmati Durum Sish Kebab dengan serius
            Dekorasi ruangan Ottoman didominasi warna coklat tanah, di selingi dengan putih dado dan kuning gading. Sejumlah gambar atau potret mengenai pemandangan maupun kegiatan masyarakat Turki menambah nuansa negeri yang sangat bersahabat dengan Indonesia ini.

Betah di Indonesia
             Hüseyin yang lahir dan besar di Istanbul ini mengaku sangat kerasan, betah tinggal di Indonesia. Katanya dia tak merasa asing di Indonesia ketika baru tiba di sini. Dia suka bertemu dan berbincang-bincang dengan orang Indonesia. Menurutnya, orang Turki sudah sangat sibuk hingga tak suka bicara lama-lama dan dinilainya kian lama kian materialistik. Alam dan masyarakat Indonesia menjadikannya seperti di rumah sendiri.

Komentar

  1. Hebat juga ada resto semacam itu di Kota Depok

    BalasHapus
  2. harganya kisaran brp ya?
    kira2 sesuai kantong mahasiswa gak?

    BalasHapus
  3. Ada banyak menu di situ, dari yang cocok utk mahasiswa dan yang haute cuisine bagi penikmat serius. Mahasiswa dan pelajar tak perlu khawatir, ada menu yang mirip di gerai waralaba di mall-mall itu. Yang jelas rasanya memang berbeda dengan yagn ada. Ada delivery service segala. Anda bisa tanya langsung atau lewat telepon, tak usah sungkan, pemiliknya ramah.

    BalasHapus
  4. Hocam , hayırlı işler . İş hayatınızda başarılar dilerim..

    BalasHapus
  5. Ada Turkish delight nggak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. We do have Turkish Delight 800 gr 3 various flavor , you can visit our store or for more info plz contact 0815-1804222

      Hapus
  6. Utk info lengkap menu dan no tlp lokasi serta no tlp delivery order nya koq gak dicantumkan? Pengen tau lebih lengkap nih..

    BalasHapus
  7. Ottoman Turkish Restaurant
    Jl Kh M Yusuf No54 D Depok
    Telp:021-83611029 or 08151804222

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par