Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2011

Dewa yang Bersemayam di Atap Rumah

Cerpen Oleh Adji Subela Aguan berdiri mematung di beranda rumahnya. Ia berharap ada uang jatuh dari langit. Dua juta saja, tak usah banyak-banyak. Tiba-tiba, jatuhlah uang dua juta rupiah kontan di dekat kakinya! Pria itu terkejut bukan alang kepalang. Tapi, terus terang saja, ia bergembira sekali. Ia masih sempat menoleh ke tepekong tempat abu leluhurnya disimpan. "Aneh," pikirnya, "aku belum lagi sempat berdoa minta uang, sudah jatuh pula ia ke sini". Uang itu terdiri dari dua ikatan, masing-masing sejuta rupiah, dililit pakai label bercap huruf Cina. Dari sebuah bank di Guangdong! Rezeki itu disimpannya di laci mejanya. Tiba-tiba ia terperanjat, akalnya mulai bicara. "Mana mungkin bank Guangdong mengikat uang rupiah?" gumamnya. "Ah, bisa saja. ‘Kan bank-bank selalu menyimpan mata uang asing," dengus tepian lain dari hatinya. Aguan keluar lagi ke beranda rumahnya. Di luar hujan masih rajin mengguyuri jalanan di dep

Ujian Nasional Dagelan Massal?

Sulit ya mengatur negara. Tapi sesulit apa pun satu negara mestilah hanya punya satu pemerintahan dan satu Presiden atau Kepala Negara. Kalau lebih dari itu bakal repot, kalau tidak ada, lebih runyam, juga kalau ada tapi seperti tak ada. Negara jadi buta tanpa nakhoda. Mengatur pendidikan saja rumit. Bayangkan, kalau enggak ada Ujian Nasional, maka standard mutu murid seluruh negeri kacau, sulit diukur rata-rata. Dulu itu ujian diserahkan ke sekolah masing-masing. Maka mutu lulusannya jadi pertanyaan, sebab pendidikan sudah jadi komoditas bisnis, kalau tak banyak yang naik kelas, tak ada murid baru, jelas tak ada pemasukan uang baru. Wajar saja bagi negeri yang sudah serba uang seperti ini. Idealisme masa kemerdekaan dulu pupus. Maka wajarlah kalau Kementerian Pendidikan Nasional bikin Ujian Nasional, supaya terukur standard mutu lulusan sekolah. Yang repot tentu para guru, murid dan orangtuanya masing-masing. Guru malu kalau m

Kecelakaan

Kecelakaan Penelitian menyebutkan 10% kecelakaan lalulintas disebabkan oleh pengemudi yang mabuk. Artinya, 90% kecelakaan justru dilakukan oleh pengemudi yang tidak mabuk! Seorang perempuan bertanya kepada sobatnya mengenai apa kecelakaan terparah sepanjang hidupnya. Si teman menjawab: “Pernikahan dengan suami saya yang sekarang ini”. Polisi penyelidik geleng-geleng kepala. Masalahnya seorang istri memukul suaminya dengan gagang payung dan gagang itu patah. Ia menyebutkan itu suatu kecelakaan. “Seandainya saya tahu gagang payung itu mudah patah, maka jelas saya memakai stick golf!” Lima orang anggota geng motor masuk bar lalu memesan minuman. Berikutnya masuk seorang pria sendirian di pojok memesan minuman juga. Kelima anggota geng motor minta si pria membayarnya. Orang itu menolak dan dia dihajar lantas dilempar ke luar bar tanpa perlawanan, lantas kabur membawa mobilnya. “Kunyuk itu bukan seorang petarung yang ba