Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2014

Sisi human interest sejarah NKRI

Buku Judul                             : Ngungak Sejarah – NKRI Limang Jaman Penulis                          : Soebagijo IN Bahasa                          : Bahasa Jawa populer Penerbit                         : Pena Kreasi Editor/Penglaras             : Goenarso TS Jumlah halaman             : 426 Ukuran buku                   : 16 cm x 2 4 cm Harga                           : Rp.175.000,- plus ongkos kirim Kontak                           : Goenarso TS no. HP 0813 1578 7850             Bosan membaca buku sejarah yang kaku, formal-resmi, dan sering terlalu subyektif tergantung siapa yang menuliskannya? Sebaliknya, Anda ingin membaca latar belakang atau peristiwa yang terjadi di belakang adegan heroik momen-momen sejarah? Yang sangat menarik, dan menunjukkan sisi manusiawi di balik peristiwa akbar itu? Terbayangkah oleh kita bagaimana Bung Karno susah-payah menahan kencing dalam penerbangan memakai pesawat tempur Jepang dari Vietnam ke Singapura? Kem

Warteg "spiritual"

            Bentuk warung tegal (warteg) satu ini biasa saja, sederhana, mirip sosok warteg yang ada di Jabodetabek. Tapi jangan kaget, di warung makan satu ini pelanggan bisa bersantai sebentar, setelah menikmati makanan yang rasanya cukup enak, untuk membaca buku atau majalah yang ditaruh di rak di salah satu pojok warung. Jumlah koleksinya lumayan, ada puluhan judul. Ahmad (tengah) melayani pelanggannya dengan akrab             Bukan itu saja. Di warteg ini orang yang sedang galau bisa berkonsultasi dengan pemiliknya, Ahmad A. Rahman, yang di lingkungannya sering dipanggil “Mbah”. Berbeda dengan para penasehat spiritual tertentu yang menarik biaya di luar akal, Ahmad mengaku lebih sering memberi makan atau sekedar ongkos pulang “pasiennya”. Masalahnya yang datang berkonsultasi adalah para warga yang secara ekonomi, sosial, dan spiritual memang memerlukan bantuan benar-benar.             Warung yang diberi nama Warteg “NN Pos Tiga” ini terletak di Jalan Hankam Raya, Jati

Quo Vadis 50 Tahun Roket Kita

Roket Kartika I kebanggaan Indonesia (dulu) sebelum diluncurkan pada 14 Agustus 1964.             Bulan Agustus mendatang   – tepatnya   14 Agustus 2014 – persis 50 tahun kita meluncurkan roket pertama yaitu Kartika I di pantai Cilauteureum, Kawedanaan Pameungpeuk, Kabu. Garut, Jabar.             Namun perkembangan roket Indonesia seolah “jalan di tempat”. Tahun 2009 Lembaga Penerbangan Antariksa Nasional (LAPAN) dikabarkan bertekad untuk meluncurkan roket dan mengorbitkan satelit sendiri tahun 2014. Banyak pemerhati antariksa dan roket nasional berharap banyak agar ambisi itu terwujud.             Tak dinyana, alih-alih meluncurkan satelit buatan sendiri pakai roket made in dalam negeri, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin menyatakan, kita akan meluncurkan roket dan mengorbitkan satelit sendiri nanti 25 tahun lagi ! ( Kompas , Sabtu, 10 Mei 2014 halaman 13) . Rupanya sudah menjadi “penyakit” bangsa kita – yang seolah ditularkan oleh pemerintah – selama 10 tahun terakhir, ki

Suara Sunyi seorang putri

Judul                            : Suara Sunyi Penulis                          : Rose Widianingsih Kurator                           : Malkan Junaidi Desain isi dan sampul     : Malkan Junaidi Lukisan sampul dan isi    : Andry Deblenk Penerbit                         : Indie Book Corner                                     Yogyakarta Edisi                              : Cetakan pertama, April 2014 Jumlah halaman             : x + 1 3 0 Ukuran buku                   : 1 5 cm x 2 1 cm ISBN                             : 978-602-1599-75-4             Tiga puluh enam tahun lalu. Seorang reporter muda mengajukan pertanyaan bodoh kepada salah seorang maestro pelukis tanah air, S. Sudjojono, ketika ia sedang mengadakan pameran tunggal di Taman Ismail Marzuki, Jakarta: “Pak, lukisan Bapak ini termasuk aliran apa?”             Pertanyaan dungu ini mendapatkan jawaban cerdas dari sang maestro.             “Sebagai seniman kita ndak usah berpikir atau terikat pada ali

"Tukang kayu" Tapi Akuntan

                Sering sekali profesi seseorang itu berbeda atau tak ada hubungannya sama sekali dengan jenis kegemaran atau hobby mereka. Tentu saja yang ideal adalah jika jenis pekerjaan sesuai dengan hobby sehingga diharapkan mampu berprestasi lebih baik.                 Tapi tidak selamanya demikian. Ada orang yang merasa kegemarannya yang berbeda dengan jenis pekerjaannya membuat ia semakin bergairah, karena tidak bosan, dan menganggap sebagai selingan yang inspiratif.                 Bagaimana ya kira-kira kalau seorang auditor atau akuntan pemerintah yang ternyata sekaligus merangkap sebagai “tukang kayu”?   Pria kelahiran Kutoarjo, Jawa Tengah, 63 tahun yang lalu ini semula adalah PNS di Kementerian Keuangan sebagai auditor di Badan Pemeriksa Keuangan Pembangunan (BPKP). Menjelang memasuki masa pensiunnya ia kemudian pindah ke Direktorat Jenderal Anggaran. H. Untung Sunaryo                 Di sela-sela kesibukannya ia mengerjakan hobby yang sudah dit