Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2012

Taximeter Anti-cerewet

           Supir taksi merasa jengkel dengan penumpangnya, seorang pria cerewet. Penumpang itu sok tahu jalan dan tukang kritik cara mengemudi supir taksi. Suatu saat penumpang ini melihat taximeter dan merasa jalannya terlalu cepat dan kemahalan. Si supir akhirnya bicara:            “Tuan, taximeter ini merangkap cerewet meter. Makin cerewet penumpangnya makin cepat dia berputar.”

Supir Taksi Berprinsip

            Seorang supir taksi minta berhenti dari pekerjaan yang baru dijalaninya seminggu. Padahal bossnya menyukai hasil pekerjaannya.            Boss : “Kenapa kamu berhenti?”            Supir taksi : “Saya tidak suka ada orang bicara di belakang saya.”

Selera sex Charlie Chaplin

            Anak-anak sekarang jarang yang mengenal aktor serba bisa era film bisu yaitu Charles Spencer Chaplin. Ia nama populernya Charlie Chaplin dengan ciri mengenakan jas rombeng kekecilan, topi bulat, celana lusuh kedodoran, bertongkat dan memakai sepatu kebesaran. Tapi aktor yang disebut-sebut sebagai terbesar sepanjang Abad Ke-XX lalu itu tidak sembarangan.             Selain berakting, ia pintar menulis skenario, menyutradarai, bahkan mengarang lagu. Namun hidupnya dibayangi skandal sex dengan gadis-gadis. Ia pernah dikabarkan menyuruh bunuh diri kekasihnya yang masih imut-imut. Chaplin lahir di Inggris, menjadi terkenal di AS lalu menghabiskan masa tuanya di Swiss sebab ia selalu dicurigai sebagai orang komunis. Ia pernah diburu agen Nazi hendak dibunuh sebab mengejek Adolf Hitler dalam filmnya The Great Dictator . Anak perempuannya, Geraldine Chaplin, mengikuti jejak sang ayah di bidang akting tapi tak pernah menonjol. Boneka yang menggambarkan dirinya terma

"Bangun Lagi Rumah Proklamasi!"

Pengibaran bendera Merah-Putih jahitan Ibu Fatmawati. Yang mengibarkan adalah Chudancho Latief Hendraningrat dan Soehoed (membelakangi kamera) dari Barisan Rakayt pimpinan Sudiro. Foto-foto bersejarah ini diambil oleh Alex Sumarto Mendur dengan negatif plat terbatas. Rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 saksi penting Proklamasi Kemerdekaan. Guna kepentingan sejarah bangsa dan pariwisata Bang Ali pernah akan membangunnya kembali Kenapa Bung Karno membongkar rumahnya?             Sejumlah kelompok a.l. terdiri atas para konservasionis, arsitek, ahli sejarah dan idealis menginginkan agar rumah Bung Karno di Jalan Pegangsaan Timur 56 (sekarang Jalan Proklamasi) Jakarta Pusat, tempat di mana Proklamasi Kemerdekaan diumumkan 17 Agustus 1945, dibangun kembali sesuai aslinya.             Pembangunan kembali rumah itu dianggap penting baik dari sisi sejarah maupun pewarisan nilai-nilai Kemerdekaan 1945 kepada generasi muda mendatang. Di samping itu rumah bersejarah ters

Bang Ali Gagas Pemugaran Kota

Bang Ali (tengah) sedang inspeksi pemugaran didampingi Kepala Kantor Pemugaran Jakarta Kota Ir. W.P. Zhong (kanan kemeja putih berkacamata). (Foto W.P. Zhong) Pemugaran meliputi tiga gedung dan kawasan Kota Lama Pemugaran kota pertama di Asia Tenggara Oleh Adji Subela            Seandainya Bang Ali masih ada, ia tentu bangga melihat Museum Sejarah Jakarta (sering disebut pula Museum Fatahillah), Taman Fatahillah serta lingkungannya di Kota Lama Jakarta. Daerah ini sangat hidup siang maupun malam, kian banyak kelompok pencinta sejarah dan museum yang meramaikan daerah peninggalan VOC tersebut. Yang lebih membanggakan, mereka kebanyakan dari generasi muda.            Tak hanya itu. Para wisatawan asing sering tidak melewatkan kesempatan mengunjungi Museum Sejarah Jakarta (MSJ) dan sekitarnya hingga ke Pasar Ikan dengan Museum Baharinya. Kelihatannya wisatawan mancanegara (wisman) menjadikan kunjungan ke Kota Lama sebagai keharusan, selagi minat mereka ke

"Dracula" masih hidup!

           Sosoknya tinggi – hampir dua meter, tepatnya 196 cm – memiliki wajah serius, dingin, kejam. Suaranya besar, dalam, dengan akses Inggris kental. Sorot matanya juga angkuh. Setiap kali ia muncul pria ini mengusung wibawa keseraman, hingga peran Count Dracula menempel padanya hingga kini. Padahal Christopher Lee, aktor kelahiran Westminster, Inggris, ini sudah lama meninggalkan perannya sebagai Pangeran Dracula si Pangeran Kegelapan.           Kalau Anda menonton film Hugo yang gambarnya apik itu, di sana ada tokoh Tuan Labisse si pustakawan misterius. Pemerannya adalah Christopher Lee yang kini berusia 90 tahun (lahir 27 Mei 1922). Untung masih bisa melihat dia ketawa sebab di kebanyakan filmnya ia adalah pria jahat, pendiam dan sadis. Selain sebagai Dracula, Lee juga memerankan tokoh China Fu Man Chu serta menjadi dukun Kerajaan Rusia Rasputin.            Ia bermain dalam Starwars dan trilogi The Lord of the Rings sebagai Saruman padahal ingin menjadi Gandalf,

Kenneth Branagh belum beruntung

          Sayang aktor Irlandia kelahiran kota Belfast, Kenneth Branagh gagal merebut Piala Oscar tahun 2012 ini, walaupun ia diunggulkan sebagai Aktor Pembantu Pria Terbaik dalam My Week With Marilyn . Ia kalah oleh aktor AS asal Kanada Christopher Plummer dalam Beginners .  Keduanya aktor jempolan yang miskin Oscar.           Banyak yang berpendapat, akting Branagh di film ini kurang mendapatkan porsi cukup. Padahal ia adalah aktor serba bisa yang dimiliki Irlandia dan yang berkarya di Inggris. Ia mampu berakting, menulis, dan menyutradari film sama baiknya, mirip aktor-penulis AS John Malkovich. Ia bermain hebat dalam Hamlet, demikian pula ia kerahkan kemampuannya untuk bermain dan menyutradarai Frankenstein . Ia memang kurang beruntung sebagai aktor hebat sama dengan

Hati-hati

         Seorang perempuan hamil yang naik taksi minta sopir agar berhati-hati menyetir sebab ia hendak melahirkan anaknya yang keenam.          “Anak keenam? Dan anda menyuruh saya berhati-hati?”

Kecelakaan

Sebuah taksi bertabrakan dengan mobil sedan. Pasangan suami istri di mobil sedan selamat tanpa cedera, tapi sopir taksi cedera berat sedangkan 10 orang Skotlandia di taksi itu harus mendapatkan perawatan khusus karena syok. Masalahnya mereka telah membayar duluan ongkosnya.

Terlambat

           Seorang pria komplain kepada sebuah perusahaan taksi karena taksi yang ia pesan pada jam yang ditentukan belum datang juga. Ia khawatir terlambat tiba di airport.            “Sabar Tuan, sebentar lagi taksi anda akan tiba. Juga, pesawat anda akan terbang terlambat,” jawab seorang operator perusahaan taksi.            “Jangan bodoh. Sayalah pilotnya!”

Nama asli Ben Kingsley

           Aktor Ben Kingsley mulai muncul ketika memerankan Bapak India Mahatma Gandhi dalam film Gandhi . Namanya kian menanjak dan banyak mendapatkan tawaran main dalam film berat-berat. Banyak yang memuji permainannya dalam Gandhi yang memberinya piala Oscar untuk Peran Utama Pria Terbaik.           Aktingnya meyakinkan sebagai orang India. Ini tidak mengherankan sebab Ben Kingsley adalah aktor Inggris keturunan India yang lahir di Yorkshire, 31 Desember 1943. Nama aslinya adalah Khrisna Banji.

Bongkar Museum Fatahillah dikritik

Kompleks Museum Sejarah Jakarta tahun 1971 sebelum dipugar, difoto dari arah timur. Latar depan adalah Jl. Lada. Bagian yang akan dibongkar adalah yang beratap segitiga, tengah, berbatasan dengan gedung bertingkat di sisi kiri. (Foto: Robby Djojoseputro) Perlu tender terbuka sebab MSJ sudah milik masyarakat luas            Keinginan Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) untuk membongkar bagian belakangnya guna membangun gudang dua tingkat untuk penyimpanan koleksi menuai protes sejumlah pengamat dan pencinta museum.            Ada yang mengusulkan agar setiap kebijakan MSJ ditenderkan terbuka sebab Musem Fatahillah itu kini sudah seperti milik publik Jakarta, bahkan mungkin Indonesia. Langkah untuk membongkar sebagian gedung b ersejarah yang sudah berusia 300 tahun lebih tersebut kabarnya akan dilaksanakan tahun ini juga. Bagian museum yang akan dibongkar itu adalah ruang di halaman belakang yang mepet dengan gedung pajak yang bertingkat di belakang dan be

HUGO dan gambar indahnya

          Stasiun KA menjadi tempat pertemuan berbagai macam perangai manusia. Di akhir era 1920-an, satu stasiun KA di kota Paris menjadi tempat pertemuan ego manusia dengan latar belakang Perang Dunia I yang kejam, merenggut nyawa maupun harga diri warga.           Di situ ada bekas pesulap yang juga bintang film bisu sekaligus produser yang akibat perang menjadi penjual mainan bekas, Tuan Georges Méliés. Lalu ada pengawas stasiun yang sulit bergaul karena cedera kaki permanen di mana kaki palsu besinya tak berfungsi baik, dan harus selalu diberi pelumas. Di situ ada pria tua Monsieur Labisse yang misterius.           Mereka terangkai menjadi satu ketika Hugo Cabret (diperankan Asa Bitterfield) seorang “tikus stasiun”, “pencuri cilik” menemukan robot yang disimpan mendiang ayahnya (diperankan aktor yang mulai laris, Jude Law). Robot ini diselamatkan sang ayah di antara rongsokan museum. Hugo penasaran dan ingin menghidupkan robot tersebut. Berkat pelajaran dari ayahnya

Kepalsuan si Sexy Marilyn Monroe

           Siapa tak suka disuruh menemani bintang sexy Marilyn Monroe di tempat tidur? Apalagi bagi pemuda polos 24 tahunan yang pekerjaannya menjadi asisten (jelasnya pesuruh) sutradara terkenal?            Siapa pun pastilah mau menuruti ajakan tersebut ketika mendiang bintang sexy itu sedang populer di dunia, sebelum skandal percintaannya dengan Presiden AS John F. Kennedy terungkap ke publik.            Si anak haram yang menjadikan foto Abraham Lincoln sebagai ayahnya – karena bapak biologisnya tak jelas siapa dan ke mana adanya itu – sedang galau antara ketenarannya yang diciptakan oleh para cukong Hollywood dan kepribadiannya sendiri. Ia merasa dirinya dikelilingi kepalsuan tapi ia harus terus berjalan karena semuanya sudah terlalu jauh, dan asistennya menekankan, kalau Marilyn mundur maka mereka semua menganggur.           Ketika Marilyn Monroe diajak Sir Laurence Olivier, aktor-su tradara-produser flm Inggris yang sedang moncer namanya waktu itu, untuk membinta

Tonton The Iron Lady, Pemimpinku!

Oleh Adji Subela “Di antara mereka mungkin ada yang tidak setuju, tapi pemimpin macam apa saya ini kalau tidak bisa menemukan cara (mengatasi masalah)?” “ Rakyat memilih kita untuk bekerja mengatasi masalah….”             SUPERB! Itu kata yang tepat bagi Meryl Streep ketika memerankan mantan PM Britania Raya Margaret Thatcher, dalam film garapan Phyllida Lloyd, The Iron Lady.            Bukan lantaran ia sudah memenangkan Piala Oscar untuk perannya itu, tapi Meryl Streep yang sudah jadi langganan nominasi Oscar tersebut mampu menghidupkan tokoh Margaret Thatcher dengan prima justru pada masa ketika “Perempuan Besi” itu telah lengser dari kedudukannya dan menjadi perempuan tua biasa, yang belanja susu sendiri ke toko dekat rumah. Pada episode inilah justru peran yang sulit, yaitu ketika seorang mantan pemimpin negara besar harus dibayangi masa lalunya, kegamangannya di usia lajut, kesepiannya dalam sendiri, dan pengorbananan yang telah diberikan ser