Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2012

Komik Doyok sudah 35 tahun

Satu-satunya tokoh kartun yang bertahan tiap hari hingga sekarang Konsisten berpihak pada rakyat kecil             Usianya 35 tahun, satu masa produktif untuk seorang lelaki. Tapi hidu pnya tak pernah jelas. Jangankan menikah, sedangkan siapa pacar pria muda itu tidak pernah muncul di publik. Infotainment tak pernah mewawancarainya kendati ia tokoh populer Jakarta selama tiga setengah dekade. Malahan namanya dicomot seorang pelawak yang pembawaannya 180 derajat dengannya, hanya penthalitan tanpa sentuhan humor memadai.              Lelaki muda itu nampaknya tak pernah berganti pakaian seumur hidup. Blangkon yang itu-itu saja setia nangkring di kepalanya. Kemudian kain surjan lurik dan celana markentol tak pernah berganti. Tak pernah jelas bagaimana ia mencuci pakaiannya. Mungkin juga ia punya tiga lusin pasang pakaian yang sama. Kehidupan pribadinya tertutup sama sekali, berbeda dengan selebriti sekarang yang suka mengumbar kejorokan pribadinya untuk publikasi.

Pesona Mimpi Midnight in Paris

             Pesona kota Paris, Prancis, tak habis-habisnya membius para pelukis, penulis, dramawan, perancang mode, penggemar minyak wangi, dan masih banyak lagi termasuk … pemimpi! Dan Gill Pander, seorang penulis pemula asal California, adalah salah seorang di antaranya. Paris yang sexy itu merangsang imajinasi dan seluruh nuraninya hingga ia abaikan calon istrinya, Inez, yang kaya raya, perempuan yang justru mengajaknya berlibur ke “ibukota seni” dunia itu untuk mendapatkan kebebasan hidup dan fantasinya.            Gill yang pemimpi tak suka dunia glamour pacarnya, dan membiarkan dirinya larut ke remang malam Paris yang penuh inspirasi. Seperti cerita Cinderella, malam romantis Paris itu baginya dimulai ketika lonceng jam besar gereja memukul-mukul tanda jam 12 malam. Dan tiba-tiba saja ia sudah dijemput mobil pemuda tampan dan kemudian bertemu dengan sejumlah seniman besar dunia. Ada Pablo Picasso, ada Ernest Hemingway, Degas, Cole Porter, Jean Belmonte, T.S. Elliot da

The Descendants & istri khianat

            Bagaimana kalau seorang pria begitu setia menunggui istrinya yang koma di rumah sakit, mengambang antara hidup dan mati tanpa tahu kapan selesainya? Sementara ia harus memikirkan dua anak perempuannya berkembang menjadi “liar” setelah lepas dari pengawasan ibunya? Di pihak lainnya ia harus menghadapi saudara-saudara seketurunan yang minta tanah ulayatnya dijual? Dan tiba-tiba ia mendapatkan bahwa ketika masih sehat ternyata sang istri berselingkuh?             Jawaban atas pertanyaan itu semua ada dalam film The Descendants (Para Keturunan), di atas pundak Matthew (Matt) King yang diperankan oleh George Clooney, di bawah arahan sutradara Alexander Payne. Cerita film ini merupakan monolog dari Matt King sehingga dia menguasai kamera hampir sepanjang film yang skenarionya ditulis oleh trio Alexander Payne, Nat Foxon dan Jim Rash. Film yang didasari buku Kaui Hart Hennings tersebut memiliki alur cerita yang linier, dengan konflik-konflik yang halus serta adegan-adeg

Sekitar Misteri Majapahit

             Judul       : Catuspatha             Arkeologi Majapahit            Penulis     : Agus Aris Munandar                                                Penerbit   : Wredatama Widya Sastra                                                                  Jl. M. Kahfi I, Gg. H.Tohir II No.46                                                                  Jagakarsa, Jakarta Selatan 12620                                                Edisi        : Cetakan pertama, November 2011           Jumlah halaman : x + 324           Ukuran buku : 14 cm x 20 cm             Cathuspatha berarti perempatan jalan besar. Dan buku yang berjudul Catuspatha Arkeologi Majapahit karya Agus Aris Munandar ini seolah meneguhkan berita yang menyebutkan bahwa kraton Majapahit dibangun di sebuah perempatan jalan besar, dan tetap menjadi misteri hingga menantang karena belum adanya bukti kuat di mana sebenarnya kraton itu berdiri. Bahkan buku ini pun “menggugat” M

Soto Blitar? Macam apa ya?

            Warga di ibukota sudah terbiasa dengan berbagai macam jenis soto. Biasanya jenis soto itu dikaitkan pada nama daerah misalnya soto Lamongan, soto Surabaya, soto Madura, soto Padang, soto Kudus, soto Banjar, soto Sokaraja, soto Bandung, soto Semarang, soto Kediri, dan lain-lainnya. Mereka memiliki ciri-ciri khusus yang berkait dengan nama tempat tadi. Dari jenis ini ada soto Tegal yang bisa disebut tauto, yang sangat berbeeda dengan lainnya. Kalau yang lain umumnya berkuah jernih, tauto keruh karena diberi tauco sehingga rasanya khas, agak jauh berbeda dengan rekan-rekannya             Jenis yang sudah disebutkan tadi adalah soto yang tidak memakai santan dalam kuahnya. Di daerah Kutoarjo, Solo, dan sebagian Jawa Timur di sebelah barat terkadang disebut pula sebagai saoto. Ada beberapa jenis soto lainnya yang menggunakan santan misalnya soto Betawi.             Tapi pernahkah Anda mendengar tentang soto Blitar? Bagi mereka yang berasal dari kota tempat maka