Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2012

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

"Salah" Habibie Soal Timtim

             BUKU Judul                             : Timor Timur, The Untold Story Penulis                         : Letjen TNI (Purn.) Kiki Syahnakri Penerbit                        : PT Kompas Media Nusantara , Jakarta, Januari 201 3                                       Jl. Palmerah Selatan 26-28, Jakarta 10270 Editor                            : Rikard Mosa Dae, Valens Daki-Soo Prolog                           : Letjen TNI (Purn.) Sayidiman Suryohadiprodjo; Jendral TNI (Purn.) Wiranto; Dubes F.X.   Lopez da Cruz Epilog                           : PM Timor Leste Xanana Gusmao; Mgr. Dom Carlos Filipe Ximenes Belo, SDB                Jumlah halaman                        : xliv + 436 halaman Ukuran buku                  : 1 5 cm x 2 3 cm             Timor Timur lepas dari tangan Indonesia 12 tahun lalu, setelah kita pertahankan dengan biaya tinggi berupa darah, nyawa, dari para prajurit ABRI (TNI-Polri), para pejuang pro-integrasi, pendudu

Ikan Bakar Mak Etek Pontianak

            Warung ikan bakar Mak Etek (Si Paman kecil) di Pasar Menara, di tengah Kota Pontianak, Kalbar, ini sederhana saja. Tempatnya di tengah los-los pasar seperti yang lain. Tapi ketika kita mendekati warung milik Mak Etek yang nama aslinya Bagindo Alizar (82 tahun) ini, maka indera pertama yang terangsang adalah bau harum ikan bakar yang dijamin menggugah selera makan. Kemudian indra penglihatan segera menangkap kepulan asap tebal dari proses pembakaran ikan yang dikerjakan di samping warung itu. H. Bagindo Alizar alias Mak Etek (82).             Warung berukuran empat kali sepuluh meter ini dipenuhi delapan meja plastik bundar, dengan masing-masing empat kursi. Hampir setiap saat meja-meja itu dipenuhi pelanggan yang begitu nikmat menyantap ikan bakar, ikan gulai, gulai petai, taoge rebus, daun ubi kayu. Suasana di warung ikan bakar Mak Etek bertambah khas dengan teriakan pelanggan yang meminta tambah nasi atau ikan, serta teriakan pelayan. Begitu riuh, dan bersele