Kurang
dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya
merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di
kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang
mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini
belajar memasak nasi goreng khas Madura.
Akhirnya setelah memahami segala
seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya
dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi
nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman. Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis
kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan
mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi.
Rumah makan yang terletak berderet
dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul
16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM
Siti Pariha menghabiskan 20 kilo beras dan 4-6 kilo daging ayam.
Masakan
khas
Nasi
goreng menjadi jenis makanan khas Indonesia (Nusantara) yang disukai orang luar
negeri, terkenal sejak dipromosikan oleh Presiden RI Soekarno di era tahun
50-an dahulu. Nasi goreng dalam survai stasiun TV CNN tahun 2011 menjadi
makanan paling disukai di dunia, di bawah rendang, di atas makanan Barat. Ini
mestinya membanggakan kita bangsa Indonesia.
Di
dalam negeri sendiri, dapat kita jumpai begitu banyak versi nasi goreng. Dapat
dikatakan, setiap daerah bahkan lingkungan pemukiman, memiliki model nasi
goreng masing-masing mulai dari Aceh hingga Papua.
RM
Siti Patiha juga menyajikan nasi gorengnya yang khas. Tampilan Nas-Gor di sini
berwarna kecoklatan, dicampur dengan kecambah (taoge) mirip nasi goreng Aceh,
lantas dibubuhi daging ayam suwir yang cukup banyak di tiap porsinya, ditambah
ketimun dan kerupuk.
Cara
pemasakannya mirip nasi kebuli, yaitu bumbu dimasak terlebih dahulu, kemudian
dipakai untuk memasak daging ayamnya. Sesudah itu ayam digoreng kembali dan
bumbu diangkat. Ketika memasak, Imansyah dan Hamidah memanaskan penggorengan
besarnya (cukup untuk memasak 20 porsi sekaligus). Kemudian setelah minyak
cukup panas, taoge dimasukkan, menyusul nasi putih serta bumbu, garam, vetsin,
dan sedikit kecap. Nasi itu kemudian digongseng hingga benar-benar masak
kemudian ditaburi daging ayam, dsb.
Rasa
Nas-Gor Siti Pariha memang mirip dengan masakan Timteng, tapi berbeda dengan
nasi kebuli yang kita kenal. Bahkan mereka memodifikasi resep asalnya dari RM
nasi goreng Fatimah yang terletak di belakang super market Garuda Mustika yang
berdiri sejak 40 tahun silam. Selain nasi, mereka juga melayani mie goreng, mie
rebus serta bakso sapi, namun kurang popular dibanding nasinya.
Dengan
bermodal rasa yang berbeda ini nasi-goreng Siti Pariha disukai, dan bertahan
hingga sekarang.
Pak bumbu nasi gorengnya...sama dengan bumbu yg buat ayam gorengnya kah.. terimakasih
BalasHapus