- Perlu tender terbuka sebab MSJ sudah milik masyarakat luas
Keinginan Museum Sejarah
Jakarta (Museum Fatahillah) untuk membongkar bagian belakangnya guna
membangun gudang dua tingkat untuk penyimpanan koleksi menuai protes
sejumlah pengamat dan pencinta museum.
Ada yang mengusulkan agar
setiap kebijakan MSJ ditenderkan terbuka sebab Musem Fatahillah itu
kini sudah seperti milik publik Jakarta, bahkan mungkin Indonesia.
Langkah untuk
membongkar sebagian gedung bersejarah yang
sudah berusia 300 tahun lebih tersebut kabarnya akan dilaksanakan
tahun ini juga. Bagian museum yang akan dibongkar itu adalah ruang di
halaman belakang yang mepet dengan gedung pajak yang bertingkat di
belakang dan berbatasan dengan Jalan Lada, berseberangan dengan
Gedung BNI 46.
Ruangan ini
merupakan bagian penting dari Museum Sejarah Jakarta karena sudah
berusia tua walaupun tidak setua gedung utama yang dulunya Stadhuis
(Balaikota) VOC.
“Apabila ruangan
itu dihancurkan maka keseimbangan museum rusak, sebab MSJ sekarang
ini sudah menyatu seperti selama ini. Masing-masing bagian sekarang
ini punya peran yang menunjang apa yang dinamakan Museum Sejarah
Jakarta,” kata sumber yang tak mau
disebutkan namanya.
Ditanyakan mengenai
kesulitan pihak MSJ untuk menyimpan benda-benda koleksi yang tidak
terpamerkan, ia menjawab bahwa gedung tersebut dapat dibangun di
pelataran parkir yang berada di dekat Balai Konservasi.
“Tanah
itu,” katanya, “memang milik bank BUMN, tapi saya yakin bisa
dirundingkan untuk keperluan itu, sebab hingga sekarang toh juga
telantar”.
Pada
hematnya, fungsi tempat parkir masih bisa dipertahankan dengan
membangun gudang di atasnya.
Banyak
pihak menyayangkan rencana tersebut. Sebab dalam pandangan mereka
gedung bertingkat yang ada di belakang kompleks MSJ yang ada sekarang
itu pun dipandang merusak pandangan Taman Fatahillah.
“Kalau
sudah terjadi ya sulit, tapi jangan sampai kita menambah kerusakan
lingkungannya,” ujar pengamat museum tersebut.
Pengamat
lainnya yang juga mantan Kepala Museum Jakarta, Adji Damais,
mengatakan sebaiknya museum itu memiliki satu master
plan ke arah mana dan bagaimana museum
itu akan dikelola. Dengan demikian pengembangannya terarah dan tidak
tambal-sulam.
Perlu ditenderkan
terbuka
Sementara itu seorang
arsitek mengatakan, pembangunan gudang itu sebaiknya ditenderkan
secara terbuka sehingga segala lapisan masyarakat ikut melihat,
menilai, dan menentukannya. Dengan demikian masyarakat ikut
bertanggung jawab atas segala yang dikerjakan MSJ.
“MSJ kini sudah milik
warga Jakarta, dan bahkan mungkin Indonesia. Banyak aktivitas yang
mendukung museum tersebut. Jadi sudah sewajarnya kalau setiap langkah
kebijaksanaan terhadap museum tersebut dikemukakan kepada masyarakat
terlebih dahulu,” tambahnya.
Nota:
Alangkah baiknya bila pembaca memberikan komentar, usul, kritik.
Terimakasih.
Saya setuju sebaiknya dipertahankan apa yang ada sekarang karena atmosfir di dalam taman belakang MSJ sudah menjadi icon Stadhuis, sehingga kalau ada perubahan terhadap icon tersebut, masyarakat perlu dilibatkan.
BalasHapus