-
BAGIAN-9 – Hari ke-8 18 Mei 1998: Hari-hari yang alot
Tuntutan agar
Presiden Suharto lengser dari kedudukannya semakin menguat. Presiden sendiri
waktu itu ramai diberitakan bahwa ia ingin lengser
keprabon (mundur dari singgasana) untuk madeg
mandita ratu. Artinya hanya ingin sebagai seorang begawan yang tidak
memegang kekuasaan langsung tapi masih dimintai nasihat untuk menyelenggarakan
kekuasaan negra.
Barangkali,
menurut taksiranku, beliau ingin seperti mantan Perdana Menteri Singapura Lee Kuan Yew yang setelah mundur
dari kedudukannya ia menjadi ‘menteri senior’, tempat orang berkonsultasi
dengannya. Namun konsep itu belum jelas benar. Dalam suatu kesempatan Presiden
Suharto justru mengingatkan bahwa sebelumnya ia pernah bertanya kepada seorang
pembantunya apakah rakyat masih mempercayainya pada periode berikutnya. Bahkan
seorang pejabat tinggi negara menjamin akan masih besarnya kepercayaan rakyat
kepadanya.
Itulah
politik, serba ruwet.
Kabarnya pada
hari itu sudah mulai banyak para warga negara asing yang berusaha meninggalkan
Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya, guna menghindari hal-hal yang
membahayakan diri mereka. Kudengar juga tidak sedikit WNI keturunan yang mulai
mengungsi ke Singapura agar aman.
Ya Tuhan,
semoga tidak ada peristiwa-peristiwa berikutnya yang mengerikan lagi.
(BERSAMBUNG – Bagian 10: Makin panas)
Komentar
Posting Komentar