Langsung ke konten utama

13 Hari tegang sekitar Suharto lengser





-          BAGIAN-9 – Hari ke-8 18 Mei 1998: Hari-hari yang alot

Tuntutan agar Presiden Suharto lengser dari kedudukannya semakin menguat. Presiden sendiri waktu itu ramai diberitakan bahwa ia ingin lengser keprabon (mundur dari singgasana) untuk madeg mandita ratu. Artinya hanya ingin sebagai seorang begawan yang tidak memegang kekuasaan langsung tapi masih dimintai nasihat untuk menyelenggarakan kekuasaan negra.
Barangkali, menurut taksiranku, beliau ingin seperti mantan Perdana Menteri  Singapura Lee Kuan Yew yang setelah mundur dari kedudukannya ia menjadi ‘menteri senior’, tempat orang berkonsultasi dengannya. Namun konsep itu belum jelas benar. Dalam suatu kesempatan Presiden Suharto justru mengingatkan bahwa sebelumnya ia pernah bertanya kepada seorang pembantunya apakah rakyat masih mempercayainya pada periode berikutnya. Bahkan seorang pejabat tinggi negara menjamin akan masih besarnya kepercayaan rakyat kepadanya.
Itulah politik, serba ruwet.
Kabarnya pada hari itu sudah mulai banyak para warga negara asing yang berusaha meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya, guna menghindari hal-hal yang membahayakan diri mereka. Kudengar juga tidak sedikit WNI keturunan yang mulai mengungsi ke Singapura agar aman.
Ya Tuhan, semoga tidak ada peristiwa-peristiwa berikutnya yang mengerikan lagi.

(BERSAMBUNG – Bagian 10: Makin panas)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima