Langsung ke konten utama

Warung K5 Sajikan 85 Menu Top



- Berangkat dari hobby kini melayani konsumen


               Luar biasa sekali apa yang dilakukan Heru Suseno (31 th) bujangan asal Pati, Jateng. Dia mendirikan warung K-5 dengan tekad ingin berwiraswasta, melepaskan diri sebagai karyawan. Bukan cuma itu saja, ia “ngotot” ingin memanjakan langganan dengan masakan segar dan rasa seenak-enaknya.
              Saung Seno menyajikan 85 jenis masakan tradisional, Barat, maupun Chinesefood. Cita rasanya yahud, serta penyajiannya lumayan rapi mirip resto classy. Banyak tempat makan yang menawarkan konsep harga K-5 kualitas hotel bintang lima, tapi kualitas makanannya betul-betul K-5, cuma tempatnya di pertokoan ber-AC. Saung Mas Seno tidak. Warung ini menyajikan rasa masakan enak macam di resto gedongan dengan penyajian rapi dan harga sangat terjangkau.
              Masakan unggulannya banyak, seperti bandeng bakar tanpa duri dengan bumbu mantap, ikan irca-rica a la Manado, sop kuah asam, soto, ayam bakar madu, dan nasi gandul Pati, satu jenis masakan yang disukai mantan Menteri Penerangan Harmoko. Ada lagi desert yang cukup merangsang seperti pisang salju, dan lain-lain.

Popularitas getok tular
JURNAL BELLA yang mengunjungi Saung Seno atas rekomendasi teman-teman yang justru termasuk “mati rasa”, langsung dapat mengendus kualitas olahan warung ini hanya dengan membaui asap masakannya. “Medok” kata orang Betawi. Kalau mereka yang “mati rasa” saja mengatakan enak, tentu istimewa bagi mereka yang “normal”.
Chinese foods, Western
Salah seorang pelanggannya adalah Didik (34), pengusaha percetakan, mengaku menjadi pelanggan Saung Mas Seno karena selain rasanya enak juga menunya lengkap untuk warung K-5 seperti ini. Setiap datang ia bisa memesan jenis masakan tradisional, Barat, atau Chinese dengan rasa semuanya cocok di lidahnya. Ia ditemui setelah “menyelesaikan” soto dan tengah menikmati secangkir Capuccino.
Hal yang sama dikemukakan A’an, pengusaha yang gandrung pada masakan ikan warung Saung Mas Seno, demikian juga Handelman, pemilik perusahaan desain. Ketiganya saling memberitahu keunggulan warung milik Heru Suseno ini.
Langganan saung ini memang didapat dengan cara kabar dari mulut-ke-mulut alias getok tular, rekomendasi dari teman ke teman seperti itu.
Bandeng bakar tanpa duri..mak nyuss betul
Seno sadar banyak konsumen yang ingin menikmati masakan dengan rasa optimal namun tidak harus pergi ke hotel berbintang atau café serta resto mahal. Ia lalu mendirikan Saung yang benar-benar saung di pinggir jalan Mampang Prapatan II, Jakarta Selatan, dibuka 31 Desember 2010. Warungnya itu diberi nama Saung Mas Seno atau pelanggannya menjulukinya SMS. Genap setahun beroperasi pelanggannya sudah sangat banyak umumnya para karyawan di wilayah itu, termasuk para staf sebuah stasiun TV nasional.
“Rasanya puas melayani konsumen dengan segala kemampuan yang saya miliki,” tutur chef yang belajar sendiri seni memasak alias otodidak ini.
Semula ia hanya berniat menjual pecel ayam saja, tapi permintaan konsumen makin bervariasi. Ini menjadi tantangannya, dan membuatnya kian bersemangat membuat inovasi baru.

Nasi Gandul khas Pati, kegemaran seorang mantan menteri
Memuaskan konsumen
            Ambisi Seno, anak bungsu dari 12 bersaudara, adalah memuaskan selera konsumen dengan masakan yang dimasak dan disajikan khusus untuk masing-masing tamu. Ia tahu benar selera konsumen sebab sejak lulus SMA tahun 2000 lalu ia bekerja di berbagai jenis restoran. Ia pernah bekerja di Papa Ron’s Pizza, Rice Bowl, Mister Bakso, dan lain-lainnya. Dari pengalamannya itu ia lantas tahu selera konsumen.
Hobinya memang memasak dengan cita rasa optimal. Sebelum mendirikan warungnya sendiri, ia bekerja sebagai manajer restoran seafood yang terkenal di Manado, mulai tahun 2008. Ia menikmati pekerjaannya, tapi setiap malam Seno mendapat semacam bisikan agar mendirikan restoran sendiri. Maka ia pun menabung gajinya dengan tekad akan mendirikan warungnya sendiri dan terealisasi akhir tahun 2010.
Ia memilih Mampang Prapatan II setelah berkeliling mencari-cari lokasi yang tepat. Seno merasa sreg dengan tempat dan lingkungan perkantorannya. Berbekal pengalamannya di bekerja di bidang restoran, ia mendekor saungnya dengan display menu fluorescence aneka warna seperti di restoran ternama di mall, kemudian membuat dekorasi yang justru jauh dari kesan K-5 umumnya. Selain itu disediakan leaflet sebagaimana restoran berklas.

Ingin buka cabang lagi

Ternyata pelanggannya datang dari berbagai kalangan karena harganya memang terjangkau sekali. Mereka sering membawa pulang pesanannya atau mengajak keluarganya di akhir pekan.
Saung Mas Seno di Jl. Mampang Prapatan II, nyentrik
Pada prinsipnya Saung Mas Seno buka 24 jam. Saat ramai terjadi sekitar jam makan siang serta malam hari waktu para eksekutif muda mampir menikmati masakan Seno hingga tengah malam. Hari ramai justru pada Sabtu dan Minggu. Sayangnya tempat parkir warung ini kurang memadai untuk menampung tamu-tamu.
Pisang salju, desert pas

Penginnya cari tempat yang lebih luas supaya pelanggan mudah memarkir mobilnya,” ujar Seno didampingi kakaknya yang sedang “magang” belajar mengelola restoran.
Atas keberhasilannya selama setahun ini, Seno berinisiatif membuka cabang di kota kelahirannya, Pati, di Jalan Wahidin No.12, dan menyerahkan pengelolaannya kepada Mbak Titik, kakak perempuannya. Ia pun ingin memanjakan konsumen dengan membuka cabang di tempat lainnya di Jakarta. Kini ia telah mendidik beberapa orang pemuda agar dapat menyesuaikan gaya masakannya dengan dia.

Komentar

  1. Tenpatnya cozy banget pelayanannya super ramah harganya murah rasanya tiada duanya,,,,top bgt poko'nya

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima