Bagian depan gedung Candranaya sedang diperbaiki (Foto: Ir.Indro Kusumowardono) |
Warisan arsitektur Tiongkok di Batavia
Oleh Adji
Subela
Gedung antik berarsitektur Tiongkok
yang diberi nama Candranaya, yang terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta Kota,
kini tengah dibangun kembali, dipulihkan ke bentuk aslinya.
Candranaya dibangun kira-kira pada
akhir Abad ke-18, dinamai Landhuis Kroekoet dan pada masa akhir penjajahan
Belanda dikenal sebagai rumah kediaman Mayor China Khow Kim An. Tokoh China ini
ditawan Jepang ketika pasukan pendudukan Dai Nippon menyapu Batavia. Tak lama
setelah ditawan, Khow Kim An meninggal di dalam kamp di tahun 1942.
Bagian samping selatan sedang (Foto: Ir. Indo K.) |
Aslinya gedung ini salah satu dari
tiga bangunan sejenis milik kakak beradik Khow. Satu bangunan antik yang juga
bergaya Tiongkok dipakai sebagai Kedutaan Rep. Rakyat China hingga tahun 1965,
kini menjadi pertokoan. Sedangkan gedung ketiga diruntuhkan dan kini menjadi
SMAN 2.
Dikungkung apartemen
Kepemilikan gedung antik
berarsitektur asli Tiongkok itu beralih ke sebuah yayasan Candranaya, yang
menyelenggarakan berbagai kegiatan sosial dan pendidikan. Tercatat Universitas
Tarumanagara pada awal perkuliahannya memakai gedung ini pula.. Pemilik
berikutnya sebuah perusahaan properti yang masih terbilang baru saat itu.
Gedung Candranaya mengalami perubahan lingkungan. Gedung aslinya tetap
dipertahankan, sedangkan halaman di sekitarnya dibangun gedung apartemen dan
pertokoan.
Guna membangun gedung baru itu, maka
deretan bangunan di sebelah kiri maupun kanan gedung utama harus dirubuhkan
guna memudahkan pelaksanaannya. Namun demikian semua detail bangunan lama
didokumentasikan dan semua bahan-bahan bangunan dari tegel, bata, kusen, daun
pintu, dan sebagainya disimpan baik-baik setelah diberi tanda guna memudahkan
pembangunannya kembali kelak.
Sempat terlunta
Ruangan dalam tempat dulu demonstrasi jurus Shaolin (Foto: Ir. Indro K) |
Dalam perjalanannya kemudian,
pembangunan tersebut terlunta-lunta demikian lama karena pemilik mengalami
kesulitan finansial. Oleh karenanya gedung yang telantar tersebut diambil alih
perusahaan lainnya, dan pembangunan diteruskan kembali.
Kini, seiring dengan penyelesaian
gedung apartemen, rumah antik bekas milik Mayor China Khow Kim An tersebut juga
dibangun, untuk dikembalikan sebagaimana aslinya. Deretan gedung di kiri dan
kanan gedung utama diselesaikan secara teliti, di bawah bimbingan Tim Sidang
Pemugaran (TSP) DKI Jakarta. Dengan didampingi TSP, diharapkan pemugaran gedung
Candranaya sesuai dengan aslinya.
Gedung utama Candranaya sejak
pembangunan apartemen pertama terkungkung di bawahnya. Oleh sebab itu
direkomendasikan agar bangunan ini tidak terhalangi pemandangannya dari arah
depan, sehingga tetap seperti aslinya dahulu.
Pertemuan perguruan wushu pertama
Pada tahun 1977 Candranaya menjadi
tempat pertemuan pertama perguruan-perguruan wushu (kungfu) di Jakarta dan
mungkin pertama di Indonesia setelah masa kemerdekaan. Lebih dari 10 perguruan
wushu serta sejumlah tokoh sepuh mereka ikut berpartisipasi, dan menunjukkan
berbagai jurus andalan mereka. Untuk pertama kalinya jurus-jurus Shaolin asli
dipertunjukkan ke publik lengkap dengan berbagai permainan alatnya. .
Diharapkan jadi warisan arsitektur Tiongkok
Ruangan bergenteng kaca bening. Masih asli (Foto: Ir. Indro K) |
Guna tidak mengurangi keindahannya
serta agar tidak mengganggu pemandangan dari bagian depan, sebuah jembatan
penyeberangan disarankan untuk dipindahkan dari depan gedung ini. Diharapkan
dengan selesainya pembangunan gedung Candranaya, akan memberikan landmark bagi apartemen bersangkutan dan
menambah nilai komparasinya.
Sebelumnya muncul wacana agar gedung
berasitektur gaya Tiongkok itu dibangun kembali di tempat lain yang luas guna
mempertahankan keindahannya secara utuh.
Semoga saja, warisan arsitektur
Batavia tetap dapat dinikmati oleh generasi mendatang, beriringan dengan derap
pembangunan Jakarta yang modern. Sayang bila harus terbenam akibat kelalaian
kita.
Komentar
Posting Komentar