Judul
buku : Reformasi Ekonomi RRC era Deng Xiao Ping, pasar bebas dan
kapitalisme dihidupkan lagi.
Penulis :
Poltak Partogi Nainggolan
Penerbit :
Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1995
Volume :
232 halaman
Kita
boleh terkagum-kagum pada kemajuan ekonomi Republik Rakyat China
(RRC) yang begitu melejit, dalam kurun waktu yang hampir bersamaan
dengan Indonesia ketika mulai membangun
ekonomi. Sayangnya kita kini terpental-pental setelah diterjang
tsunami krisis 1997 dan bertekuk lutut di depan International
Monetary Fund (IMF).
China
kini dianggap mampu menggeser kekuatan Jepang menguasai ekonomi
dunia, dan menjadi pesaing ekonomi, politik, keamanan tangguh dari
Amerika Serikat.
Buku
tulisan Poltak Partogi Nainggolan ini berusaha menjelaskan bagaimana
perjalanan pembangunan ekonomi RRC yang begitu
mencengangkan dunia.
Ini
semua berangkat dari satu nama yaitu Deng Xiao Ping dianggap sebagai
Bapak Reformasi RRC, yang berhasil mengubah arah ekonomi RRC yang
lebih mengarah ke pasar. Deng dipecat tiga kali oleh PKC (Partai
Komunis China). Tahun 1933 dia dianggap kekiri-kirian. Tahun 1967
kembali dipecat karena oleh Mao Tse Dong dianggap sebagai “pejalan
Kapitalis kedua” setelah Liu Shaoqi. Nantinya kelompok mereka
disebut sebagai “pragmatis-realistis”. Tahun 1976 kembali dipecat
karena dianggap bertanggungjawab atas peristiwa Tiananmen, di mana
ratusan orang tewas dalam memperingati mendiang Zhou Enlai.
Tahun
1978 Deng bangkit lagi setelah tiga kali dipecat, dan direhabilitasi
setelah Mao mati, lantas mulai melancarkan gaige (perubahan)
dan kaifang (keterbukaan). Ia melancarkan slogan “sosialisme
tidak berarti melarat”, dan “menyebabkan sebagian kecil orang
menjadi kaya untuk kemudian menjadikan semua orang juga kaya”. Ia
mengenalkan ekonomi pasar dan memperkenalkan xiahai (terjun ke
lautan) di mana orang boleh melakukan ekonomi bebas. Dengan prinsip
itu rakyat RRC tidak lagi terisolir seperti di jaman Mao yang
menerapkan sistem ekonomi komando. Wilayah-wilayah yang dulu dikuasai
asing berkembang lebih cepat kemakmurannya, karena menjadi daerah
ekonomi bebas, dan daerah selatan seperti Guangdong, Fujian, Zhijiang
lalu menyamai daerah Hongkong, Taiwan, Singapura.
Deng
dkk sejak 1950 menganjurkan perubahan bertahap tidak ekstrem. Sektor
industri berkiblat kepada Soviet yang menekankan produksi padat
modal, industri dibangun lewat devisa yang ditarik dari sektor
pertanian. Diperkenalkan Sanzi Yobao dan Si Da Ziyu
yang menekankan sistem skala kecil penggarapan tanah pertanian
perorangan, penjualan tanah, sistem kredit berbunga dan perdagangan
sistem bebas. Melonggarkan sistem kolektivisme.
Peranan
Bantuan Asing – sejak tahun 1978 RRC konsentrasi pembangunan
ekonomi negara. Memanfaatkan kemakmuran hoaqiao (hoakiau)
sebagai akumulasi modal. Antara US$500 juta hingga US$1 miliar setiap
tahun dikirim hoakiau ke RRC.
Peranan
swasta dan pasar . Egalitarian Mao memandulkan kreativitas dan
inisiatif dalam kegiatan usaha. Birokrasi tak sesuai dengan
kepentingan pembangunan ekonomi.
Peranan
budaya-agama – pemunahan budaya konfusianisme oleh PKC sejak 1949
dianggap memandulkan kompetisi untuk maju. Budaya tradisonal,
termasuk hubungan sosial keluarga dirusak. Ciri konfusianisme adalah
realistik dan pragmatis. Prinsip segala sesuatu mesti dimanfaatkan
untuk kepentingan tanah leluhur sejalan dengan Deng. Menganjurkan
etika kerja keras, disiplin, tekun, hemat,bersaing untuk maju sebagai
faktor strategis dalam menumbuhkan ekonomi nasional.
Buku
ini mengingatkan pada 4 (empat) langkah penting Deng yaitu:
- penghapusan komune rakyat –Komune Rakyat (Renmin Gongshe) dulu menghimpun semua fungsi pemerintahan. Pemerintahan adiministratif terdiri dari pemerintahan Kotapraja yang mengurus rencana administratif dan produksi nasional, dan Komite Penduduk Desa yang memiliki otonomi lokal dalam menjaga keamanan umum penyelesaian pertengkaran dan urusan-urusan umum lainnya. Pemerintahan sekarang memperkenalkan usaha pertanian baru yang dipropagandakan kepada khalayak luas sebagai sistem tanggung jawab (zerenzhi). Dalam mekanisme tanggungjawab tiap keluarga petani secara bersama dalam satu komune melakukan perjanjian dengan pemerintah setempat, untuk mengerjakan sebidang tanah dan mendapatkan keuntungan langsung. Areal pertanian dipercayakan kepada keluarga petani secara pribadi. Sistem baru ini membolehkan setiap tahun keluarga petani mengolah sendiri tanahnya, dengan keputusannya sendiri hinga menghapus kebijaksanaan kolektif di pedesaan RRC.
- penghapusan monopoli negara – pada 1 Januari 1985 pemerintah RRC menghapus sistem monopoli pembelian hasil panen. Walaupun ada prinsip desentralisasi namun pengambilan keputusan ruang ekonomi makro meliputi konsumsi, pembentukan harga barang, alokasi input material, penyediaan tenaga karja, investasi dan pedagangan luar negeri semua di tangan negara. masa transisi terjadi beberapa kesulitan antara lain menipisnya bahan pokok keperluan rakyat lalu pemerintahan masih memasok untuk menekanharga. Ketika 15% pabrik rugi di 1984, pemerintah tunrun tangan sehingga tidak menimbulkan kekuatiran di kalangan buruh.
- liberalisasi usaha dan manajemen – November 1981 PM Zhao Ziyang di depan Kongres Rakyat mengumumkan 10 petunjuk pembaungan ekonomi yang banyak memberi peluang rakyat.
- pembukaan diri terhadap modal asing – dan
- integrasi dalam ekonomi internasional.
Banyak
hal yang penting kita pelajari dari uraian dalam
buku ini. RRC yang dulu dijuluki Negeri Tirai Bambu, diramalkan
sebentar lagi akan menjadi raksasa ekonomi
dunia. Afrika dikuasainya. Sementara kita yang dulu pernah punya
kesempatan untuk sangat maju, telah runtuh di kaki IMF akibat salah
kelola ekonomi dan politiknya, selain praktik
korupsi yang merajalela justru hingga ke partai-partai politik.
Komentar
Posting Komentar