Langsung ke konten utama

Percaya Tidak?

Ini bukan iklan sponsor. Kejadiannya berlangsung di kota kecil di Jawa Timur, Ponorogo. Di suatu hari di bulan November 2011 lalu kota ini dilanda hujan angin. Wilayah yang paling rusak kena amukan angin itu adalah di sekitar jembatan Sekayu, di tepi barat kota. Banyak bangunan yang rusak parah. Satu-satunya yang utuh adalah satu gudang, di timur jembatan. Tahukah Anda gudang apakah itu? Gudang penyimpanan jamu Kuku Bima! Rosa! (Jw, kuat) mungkin begitu teriak Mbah Maridjan kalau masih hidup.

Komentar

  1. ANONIM MENGATAKAN :
    EMANG BENAR APA KATA MBAH MARIDJAN "KUKU BIMA EMANG ROSA"(KUAT)

    BalasHapus
  2. Betul tibakne ya? Sekuat tkad Mbah Maridjan memegang teguh janji tugasnya...kudune para pemimpin kita itu niru kesetiaan Mbah Maridjan pada tugasnya sampai mengiorbankan nyawa.

    BalasHapus
  3. Ohya ini khusus orang dewasa. Teman saya mau coba khasiat Kuku Bima dengan tujuan "buruk". Setelah minum, si teman tidur semalaman dengan nyenyak sekali, tidak sempat berbuat "buruk". Dia diselamatkan Tuhan lewat Kuku Bima! Boleh percaya boleh tidak!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memaka...

WNI pionir TCM, antikanker

Pria asal Sukabumi, Jabar, itu berpenampilan sederhana, dan berpembawaan tenang. Tapi siapa menduga? Bahwa ia adalah pelopor sistem pengobatan gabungan antara tradisional China dan modern di Indonesia? Jauh sebelum sistem TCM  ( Traditional Chinese Medicine ) itu sendiri mulai populer di Tiongkok? Malahan sejumlah dokter asal Tiongkok yang berpraktik di Indonesia sekarang ini, justru pernah “magang” di kliniknya di Sukabumi. Selain itu si pria, yaitu Dr. (HC) Haji Mochammad Yusuf, juga menemukan formula obat antikanker serta tumor berbasis bahan-bahan obat tradisional China pada awal tahun 1990. Begitu banyak klinik pengobatan tradisional asal China yang kini beroperasi di Indonesia terutama di Jakarta. Namun banyak orang yang tidak tahu bahwa pembuat obat antikanker yang sering menjadi spesialisasi mereka, adalah justru orang Indonesia asal Sukabumi, Jawa Barat, tersebut. Obatnya banyak digunakan di berbagai rumahsakit di Tiongkok. Dia pun setiap bulan pergi k...

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 p...