Langsung ke konten utama

Rahasia Hidup Muda di Usia Tua

Oleh Adji Subela
Untuk orang yang memasuki usia 60 tahun, ada semacam syok terhadap perubahan fisik dan mentalnya. Rata-rata mereka sadar akan perbedaan itu, namun banyak yang tidak bisa berbuat apa-apa, sebab tak tahu arah hidupnya selanjutnya. Ada yang sudah merasa tua sekali ada yang tidak. Alangkah sayangnya bila di sisa usia itu kita sia-siakan tenaga hidup yang sesungguhnya dapat kita jadikan nyala api semangat menikmati hidup dan kehidupan.
Di awal Abad Ke-XX lalu, ada seorang pria yang menulis essai di sebuah penerbitan di Amerika Serikat. Kedua-dua pihak sama-sama tidak terkenal. Pria itu bernama Samuel Ullman. Akan tetapi tulisan itu kemudian menjadi amat kondang di masa itu dan mungkin juga di masa sekarang.
Jenderal Douglas MrArthur si penakluk Jepang di Pasifik, menyimpan tulisan itu dalam bingkai khusus. Ketika ia tiba di Jepang dan bermarkas di sana beberapa waktu, satu ringkasan artikel Samuel Ullman dipasang di bawah kaca mejanya.
Rupanya, orang-orang Jepang mengetik ulang ringkasan itu dan menyimpannya di dalam dompet. Sampai tahun 1991 tulisan itu menjadi semacam “azimat” bagi sejumlah eksekutif kondang Negeri Sakura, seperti Kokichi Hagiwara, CEO berusia 67 tahun dari perusahaan besi patungan AS-Jepang, di Pittsburgh.
“Tulisan itu menyentuh hati saya yang paling dalam. Antusiasme seperti ini tak boleh musnah. Kita harus memiliki semangat muda untuk mengadakan perubahan,” ujarnya kepada Margaret Mason, kolumnis koran The Washington Post, 17 September 1990. Banyak orang Jepang terkenal berpendapat serupa.
“Karya Samuel Ullman itu menjadi semacam bayam bagi Popeye,” kata Tatsuro Ishida, Deputy Chairman dari Fujinkei Communications Group. Malahan pendiri perusahaan raksasa Jepang, Matsushita, yaitu Konosuke Matsushita, mengaku menjadikan tulisan Samuel Ullman sebagai pedoman hidupnya selama 20 tahun lebih.
“Kenapa orang Amerika Serikat tidak menyukai essai karya Samuel Ullman seperti kami?” tanya seorang pengagum dari Jepang, “padahal itu (tulisan, pen) mengandung pesan tentang bagaimana kita hidup dengan indah baik pria maupun perempuan, tua maupun muda.”
Jadi apa sebetulnya yang ditulis Samuel Ullman yang menginspirasi begitu banyak orang Jepang dan barangkali yang membuat negerinya melesat maju?
Di bawah ini adalah versi ringkasan tulisan Samuel Ullman yang diambil dari Majalah Reader’s Digest Maret 1991, dan diterjemahkan bebas:
MASA MUDA
• Masa muda bukanlah satu penggalan waktu tertentu dalam hidup; akan tetapi keadaan pikiran kita sendiri; bukan mengenai pipi kejingga-jinggaan, bibir merah dan tungkai yang lembut gemulai; tapi mengenai masalah kemauan, kualitas imajinasi, kekuatan emosi; dan kesegaran dari sumber hidup yang paling dalam.
• Masa muda berarti satu penguasaan sifat berani terhadap rasa takut-takut dan malu-malu terhadap selera; petualangan, serta pada kecintaan akan hidup senang. Ini kebanyakan terdapat pada orang yang berusia 60 tahun atau lebih dibanding para remaja berusia 20 tahun.
• Tak ada seseorang pun yang menjadi tua semata-mata karena jumlah usianya. Kita menjadi tua akibat semakin mengering dan menyusutnya cita-cita atau idaman kita.
• Waktu mungkin telah membuat kulit kita keriput, akan tetapi mengabaikan antusiasme, itulah yang akan membikin jiwa kita keriput. Kekhawatiran, ketakutan, tidak percaya diri, akan melemahkan hati dan mengubah semangat balik kembali menjadi debu.
• Tidak peduli apakah orang berusia 60 atau 16 tahun, maka dalam jiwa tiap manusia ada daya tarik keajaiban, suatu semangat seperti anak kecil yang ingin tahu apa yang akan terjadi berikutnya, dan kegembiraan serta keceriaan dalam menikmati permainan hidup.
• Dalam lubuk hati Anda yang paling dalam dan yang juga ada pada saya, terdapat stasiun pemancar, yang selalu menerima pesan-pesan keindahan, harapan, keceriaan, keberanian, kekuatan manusia, dan juga kekuatan dari Yang Maha Kuasa, yagn terjadi selama Anda masih berjiwa muda.
• Pada saat antena Anda lunglai, tumbang, dan semangat Anda diselimuti salju sinisme, maka Anda akan menjadi tua walaupun masih berusia 20 tahun.
• Akan tetapi selama antena Anda tegak menjulang guna menangkap gelombang optimisme, maka akan ada harapan Anda mati muda pada usia 80 tahun.
Salah seorang cucu Samuel Ullman, Jonas Rosenfield, Jr., Kepala Pemasaran Film Amerika, menyatakan keheranan sekaligus kebanggaannya atas antusiasme orang Jepang terhadap karya kakeknya itu.
Siapa Samuel Ullman?
Pria bernama Samuel Ullman ini lahir pada 1840 di Jerman dan sejak masa kecil pindah ke Amerika Serikat. Dia ikut perang saudara dan kemudian tinggal di Birmingham, Alabama. Dia kemudian menjadi pedagang kelontong, dan berjiwa sosial. Sampai tahun 1990 almarhum menerima 36.000 dolar AS dari Jepang sebagai royalti atas buku dan kasetnya, kesemuanya disumbangkan untuk bea-siswa di Universitas Birmingham.
Anda ingin tahu pada usia berapa dia menulis essai itu? Pada usia 70 tahun!

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Minyak Srimpi

          Pada era 50-an tak banyak produk minyak wangi yang beredar di pasaran, terutama yang harganya terjangkau oleh mereka. Oleh karena itu, minyak pengharum badan itu banyak diproduksi perusahaan-perusahaan kecil guna memenuhi kebutuhan pasar akan pengharum. Oleh karena formulanya sederhana dan memakai bahan-bahan atau bibit minyak wangi yang terjangkau, maka dapat dikatakan hampir semua minyak wangi yang beredar waktu itu baunya nyaris seragam.           Satu merk yang popular pada saat itu, dan ternyata masih eksis hingga sekarang adalah minyak wangi cap Srimpi. Minyak ini dikemas dalam botol kaca kecil berukuran 14,5 ml, dengan cap gambar penari srimpi, berlatar belakang warna kuning.           Pada masa itu minyak Srimpi dipakai oleh pria maupun perempuan klas menengah di daerah-daerah. Baunya ringan, segar, minimalis, belum memakai formula yang canggih-canggih seperti halnya minyak wangi jaman sekarang.            Ketika jaman terus melaju, maka produk-produk

Nasi Goreng Madura di Pontianak

                Kurang dari dua tahun lalu, Imansyah bersama istrinya Siti Hamidah dan dua anaknya merantau ke Pontianak, Kalbar, dari kampung halamannya di Bangkalan, Madura. Di kota muara Sungai Kapuas ini mereka tinggal di rumah seorang kerabatnya yang mengusahakan rumah makan nasi goreng (Nas-Gor) di Sui Jawi. Pasangan ini belajar memasak nasi goreng khas Madura. Akhirnya setelah memahami segala seluk-beluk memasak nasi goreng, ditambah pengalamannya berdagang di kampungnya dulu, Imansyah dan istrinya membuka rumah makan nasi gorengnya sendiri, diberi nama Rumah Makan Siti Pariha di Jalan S. A. Rahman.   Di sini mereka mempekerjakan dua orang gadis kerabatnya guna melayani langganannya. RM Siti Pariha menarik pembelinya dengan mencantumkan kalimat: Cabang Sui Jawi. Rumah makan yang terletak berderet dengan rumah makan khas masakan Melayu serta sate ayam Jawa ini buka dari pukul 16.00 petang hingga pukul 23.00 atau hingga dagangannya ludes. Setiap hari RM Siti Par

Pak RT ogah lagu Barat

                          Sudah lama Pak RT yang di serial Bajaj Bajuri selalu berpenampilan serba rapi, rada genit dan sedikit munafik tapi takut istri ini tak nampak dari layar kaca TV nasional. Sejak serial Bajaj Bajuri yang ditayangkan TransTV berhenti tayang, Pak RT yang bernama asli H. Sudarmin Iswantoro ini tidak muncul dalam serial panjang. Walaupun begitu ia masih sering nongol di layar kaca dengan peran yang nyaris tetap yaitu Ketua RT, Ketua RW, guru atau ustadz.             Di luar perannya sebagai Pak RT tempat si Bajuri (Mat Solar), dengan istrinya si Oneng (Rike Diah Pitaloka)   dan mertuanya yang judes plus licik (Hj. Nani Wijaya) berdomisili, H. Darmin (panggilannya sehari-hari yang resmi sedangkan merk-nya yang lain tentu saja “Pak RT”) adalah pria yang berpembawaan santun dan halus.             Barangkali pembawaannya itu dilatarbelakangi oleh pendidikannya sebagai seorang guru. Mengajar merupakan cita-citanya sejak kecil. Sebagai anak kelima