Memang seram. Dalam keadaan tak berdaya dan matang, "monster" ini sebagai sisa zaman purba tampangnya tetap mengerikan. |
Ini kejadian sebenarnya bukan hoax
atau berita bohong. Baik pemerintah federal maupun negara bagian (terutama di
pantai Timur) Amerika Serikat mengumumkan luas-luas bahaya ancaman monster predator
yang merupakan spesimen peninggalan zaman purba 50 juta tahun silam.
Predator yang digambarkan sangat ganas ini berpenampilan menyeramkan,
mata besar melotot kehitaman dengan mulut lebar penuh gigi tajam berkilat. Ia akan
melalap binatang apa saja sehingga predator seram dan sadis tersebut dianggap
berbahaya bagi ekosistem oleh DNR atau Department
of Natural Resources (Departemen Sumberdaya Alam) di
banyak negara bagian Amerika Serikat.
Siapa pun yang mampu menangkap monster predator ini diharuskan langsung membunuhnya, membuat
foto dan melaporkan posisi lokasi serta ukurannya, ke kantor DNR setempat. Begitu
gemasnya pemerintah AS sehingga para juru masak atau chef diimbau untuk
menciptakan masakan berbahan dasar monster itu guna mengurangi populasinya.
Invasi ke AS
Gabus pucung gaya Bekasi. Gabus dimasak segar, biar enak |
Monster predator ini hidup di air tawar, bukan penghuni asli AS. Terus terang,
ini adalah ikan snakehead atau di AS
diberi nama northern snakehead. Oleh karena
perairan air tawar AS tak punya predator alami, maka ikan snakehead bersimaharajalela memangsa ikan-ikan asli negeri adidaya
tadi, terutama di pantai Timur.
Bukan hanya itu. Di masa “balitanya” ikan ini memangsa plankton, atau
jasad renik lain. Di masa dewasa ia melahap ikan lain seperti carper (sejenis ikan mas), serangga,
binatang melata, bahkan dilaporkan memangsa burung kecil atau tikus yang jatuh
ke air.
Warga AS ikut ketakutan setengah mati, dan seperti biasa, mereka
melebih-lebihkan dalam acara talkshow
berbagai stasiun TV. Mereka yang panik itu menjuluki si ikan monster-predator
itu dengan berbagai julukan aneh-aneh. National
Geographic menjulukinya sebagai “Fishzilla”, mencontoh monster Godzilla dalam film bikinan Jepang yang
diadaptasi kembali oleh Hollywood.
Ikan predator ini diperkirakan berasal dari Asia Tenggara, mungkin
semula sebagai ikan hias, kemudian dilepas ke perairan entah disengaja atau
tidak hingga menggegerkan Amerika Utara.
Julukan lain yang lebih seram adalah “Frankenfish” diadaptasi dari monster
dalam buku Frankenstein karya sastrawati Inggris Mary Shelley. Ikan ini menjadi
“bintang” dalam acara TV AS yang terkenal suka heboh antara lain dalam The Sopranos, pada tiga episode berjudul Snakehead
Terror, Frankenfish, dan Swarm of the Snakehead. Dalam acara
seri the Animal Planet
TV yaitu River Monsters, Jeremy Wade mendramatisasi
dengan menyebutnya sebagai "the fish from hell" atau ikan dari
neraka.
Monster
nikmat
Ironisnya, ikan monster ini seolah tak
berdaya di tangan orang Indonesia. Di Banjarmasin, Kalsel, ia “dibantai”
menjadi masakan haruan masak habang yang
legit. Di Kalbar menjadi gulai yang sedap, di Kaltim menjadi masakan lezat
didampingi sambal gami. Ikan asin predator ini banyak dibuat di Kalteng. Di
Sumatera berbagai jenis masakan gulai menanti si predator.
"Si monster" digoreng dulu sebelum dimasak pakai pucung/kluwak. Gaya Jagakarsa |
Monster mengerikan ini di tangan orang
Betawi berubah bentuk menjadi masakan berwarna kehitaman mirip rawon dari
Jatim, dan dinamai gabus pucung. Memang, ikan yang mengerikan ini sebenarnya
adalah ikan gabus dari keluarga Chanidae.
Orang Papua, terutama penduduk Merauke
mengenalnya sebagai gator alias gabus toraja. Entah bagaimana ikan ini bisa sampai
di Papua. Mereka hidup subur di paya-paya daerah itu karena gabus memang mampu
bertahan hidup 4 (empat)hari di udara terbuka karena memiliki organ yang mampu
mengisap oksigen dari udara.
Ikan gabus di Indonesia umumnya berasal dari
jenis Channa striata, sedangkan yang
sedang “berpesta pora” di AS dari jenis Channa
argus. Keduanya tentu sama-sama nikmat. Daging ikan ganas ini selain
memiliki kandungan protein tinggi juga dipercaya mengandung Omega-3, serta
albumin, zat yang berguna bagi pemulihan jaringan tubuh sehingga cocok bagi
orang yang habis menjalani operasi.
Ikan yang diperkirakan berasal dari India
ini menyebar ke Asia Tenggara dan Timur, lalu merambah ke Afrika dan Pasifik.
Populasi ikan gabus di Jabodetabek semakin
menipis, seiring kian populernya masakan berbahan dasar ikan predator tersebut
seperti gabus pucung – baik gaya Bekasi maupun Jagakarsa – pecak, dan
sebagainya. Satu penyebabnya adalah ikan gabus sulit diternakkan seperti lele
atau ikan mas.
Komentar
Posting Komentar