Nilai keperawanan di Indonesia masih cukup tinggi kendati diperkirakan kian sedikit orang yang memuliakan
kesucian seorang perawan. Masalahnya ketika orang mempertanyakan keperawan kepada
gadis calon pengatin, maka pihak gadis pun dapat balik mempertanyakan
keperjakaan calonnya. Dari pada sama-sama menanggung malu lebih baik memendam
semuanya dan melupakan selamanya.
“Sebaiknya
menatap masa depan saja, daripada menderita akibat mengenang masa lalu yang
sudah lewat,” kata Dr. (HC) Haji Mochammad Yusuf, ahli pengobatan TCM (Traditional Chinese Medicine), orang yang
justru mampu meramu obat untuk “memulihkan” keperawanan.
Pak
Yusuf, begitu ia akrab dipanggil, adalah seorang ahli pengobatan tradisional
Tiongkok yang awalnya belajar meramu obat-obatan China dan akupunktur dari
ayahnya. Di tahun 1983 ketika bekerja untuk RS Islam Cibolang, Sukabumi, ia
mulai mengembangkan pengobatan campuran antara sistem kedokteran modern dan
tradisional China. Dalam waktu luangnya ia tekun mempelajari rahasia ramuan
obat kuno dari buku peninggalan ayahnya. Buku ini umumnya memakai
istilah-istilah atau kode-kode yang sulit dimengerti.
Dalam
salah satu babnya, Pak Yusuf menemukan rahasia memulihkan keperawanan. Ia kaget
dan mencoba mendalaminya lebih lanjut.
“Sebenarnya
obat ini simpel, karena hanya terdiri dari lima unsur saja,” tuturnya kepada
JURNAL BELLA, di Klinik TCM (Traditional
Chinese Medicine) Citra Insani, Jl. Selabintana No. 113, tlp (266) 221467,
(266) 230414, fax (266) 211038, Sukabumi.
“Tapi bahan ini
tidak ada di Indonesia, sedangkan di Tiongkok sendiri sulit dan kalaupun ada
harganya mahal,” lanjutnya.
Berkat
pertolongan seorang kenalannya ia mendapatkan bahan-bahan itu kemudian
dicobanya dan berhasil. Wujud ramuan obat tradisional China ini berupa bubuk
coklat, dipakai dengan cara melumaskannya di dalam vagina. Setelah ditunggu
beberapa saat, maka pasien menjadi “perawan” kembali. Bahkan, selain “selaput
dara” kembali merapat, dalam proses hubungan menghasilkan cairan berwarna merah
darah.
M. Yusuf (ketiga dari kiri) di rumah sakit khusus kecantikan di Guangzi |
“Inilah
keistimewaannya,” tambah pria kelahiran Bandung yang sejak kecil dibesarkan di
Parungkuda, Sukabumi, ini.
Setelah
obat ini diumumkan, Pak Yusuf kebanjiran pesanan. Boleh dikatakan 60% dari
pesanan obatnya berupa “obat pemulihan keperawanan” tersebut.
Hentikan
pembuatan
“Tapi
tak lama setelah itu saya menghentikan pembuatan obatnya,” tuturnya.
“Kenapa?
Bukannya laris sekali?”
“Ya
itulah, efek sosial dan psikologinya besar,” jawabnya.
“Maksudnya?”
Ia
menuturkan, ternyata obat hasil racikannya itu sering disalah gunakan pemakai.
Dengan kata lain, hanya dipakai untuk “menipu”. Para gadis yang sudah tidak
perawan, memakai obatnya untuk menipu pasangannya supaya dikira masih perawan
betul.
“Di
situ saya kurang setuju,” begitu alasannya.
Obat “pemulih keperawanan” itu sendiri semula ia buat
agar pasangan yang sudah lama menikah dapat memperoleh kembali masa-masa indah
selama bulan madu dahulu. Lain niat lain pula kenyataannya. Itulah yang
membuatnya agak gundah.
Masalahnya,
orang kalau sudah berniat hendak menikah secara serius, seyogyanya sudah tidak
mempertimbangkan lagi soal perawan atau tidak. “Tutup saja masa lalu, lantas
berniat kuat membangun masa depan,” jelasnya. Kalau masih mempersoalkan
keperawanan, pria itu hanya menikah dengan selaput dara, bukan manusianya
secara utuh, tambahnya. Sedangkan bagi pihak perempuan, kejujuran lebih
penting.
Dr.
(HC) H. Mochammad Yusuf, sejak belasan tahun terakhir menjalin kerjasama dengan
berbagai rumah sakit di China, antara lain Ghuangzhou Provincial Hospital,
rumah sakti militer dan Polisi Militer, rumah sakit khusus diabetes, rumah
sakit khusus kecantikan, baik di Guangzhou maupun Guangxi. Kemampuannya meramu
obat antikanker dan kosmetik melebihi rata-rata dokter TCM di China. Setiap dua
bulan ia berada di China untuk membantu rumah-rumah sakit di sana, selain
memberi kuliah dan ceramah di berbagai seminar di sejumlah provinsi di
China.
Komentar
Posting Komentar