Jika
kita melihat Museum Sejarah Jakarta (MSJ), yaitu bangunan yang dulunya
berfungsi sebagai Balaikota (Stadhuis)
sejak jaman VOC hingga Jepang menduduki Jakarta 1942, tak terbayang bagaimana
gedung itu dipugar.
Adalah
seorang pria Amerika Serikat berdarah Italia, Sergio Dello Strologo, yang
mengajukan usul untuk memugar wilayah Jakarta Kota, terutama gedung Stadhuis, kepada Gubernur Ali Sadikin.
Ia ahli keramik yang bekerja untuk UNDP (United Nations Development Programme –
Program Pembangunan PBB) dan bertugas di Toserba Sarinah untuk mengembangkan
kerajinan tangan.
Sejak
pertama bertugas di Jakarta tahun 1968, ia tak pernah mengunjungi daerah
Jakarta Kota. Seorang asisten dan juga sahabatnya, Soedarmadji (Adji)
Jean-Henry Damais, membawanya ke daerah tersebut di pertengahan tahun 1969.
Perjalanan dimulai dari daerah Harmoni menuju ke Glodok. Sergio tercengang
melihat kenyataan bahwa Jakarta masih memiliki gedung-gedung kuno. Ia melihat
gedung Arsip Nasional, Candranaya, bekas Kedutaan Republik Rakyat China, bekas
rumah besar milik keluarga Khou Kim An, Mayor China Jakarta terakhir (sekarang
SMAN 2).
Ia
kemudian dibawa ke Stasiun Beos, melihat gedung-gedung di sekitarnya, seperti
Stadhuis yang ketika itu ditempati Markas Kodim 0503 Jakarta Barat, termasuk
Stasiun KA Jakarta Kota, hingga ke Pasar Ikan dan Gereja Sion di Jl. Jayakarta.
Sergio Dello Strologo punya gagasan untuk memugar daerah itu karena sangat
besar perannya dalam memacu pariwisata di Jakarta.
Soedarmadji (Adji) Jean-Henry Damais, sahabat Sergio Dello Strologo berkunjung ke Jakarta Kota, wilayah yang pernah dipugar untuk pertama di Indonesia dan Asia Tenggara. |
Bersama
Adji Damais dia mengajukan proposal kepada Gubernur DKI Ali Sadikin. Ternyata
proposal itu langsung diterima saat itu juga. Maka kesibukan pun segera terjadi
guna memugar Stadhuis, gedung-gedung sekitarnya sekaligus lingkungannya.
Pemugaran untuk wilayah perkotaan ini pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.
Pemugaran
Stadhuis dan gedung sekitarnya dimulai tahun 1972 dan rampung 30 Maret 1974
tepat saat konferensi PATA (organisasi agen perjalanan se Asia Pasifik) ke 23
di Jakarta, dan kebetulan pas pada hari lahir Sergio. Prasasti peresmian Museum
Sejarah Jakarta dapat dilihat di dinding barat serambi depan, serta di gerbang
bagian atas.
Atas
jasanya, Sergio Dello Strologo mendapatkan plakat penghargaan sebagai tokoh
peletak dasar pengembangan pariwisata Jakarta dari Gubernur DKI Jakarta Ali
Sadikin di tahun 1975.
Dalam
perpisahannya di gedung MSJ Desember 1974, Pemprov DKI waktu itu memberinya
kenang-kenangan berupa tokoh wayang yang menggambarkan dirinya, serta sebilah
keris yang dibuat khusus untuknya. Keris buatan empu dari Yogyakarta itu diberi
nama Kyai Joko Pugar, sesuai dengan tugas Sergio sebagai tokoh sentral
pemugaran wilayah Jakarta Kota.
Keris
itu sekarang disimpan keluarga mendiang Sergio Dello Strologo di kota Viareggio,
Italia.
Pada tanggal 21 Juli 1999, Adji Damais bertandang ke
kota Pisa bersama rombongan pejabat DKI Jakarta. Beberapa hari sebelumnya ia
menelepon Sergio untuk bertemu di kota itu. Sergio berjanji untuk datang.
Ternyata
tepat tanggal 21 Juli 1999 itu Sergio meninggal dunia. Adji Damais kaget, dan
keesokan harinya ia menghadiri pemakaman sahabat dan mantan atasannya itu di
pemakaman kota Florence.
Teks foto paling atas: Sergio Dello Strologo berpose di dekat wayangnya. (Foto: Ir. W.P. Zhong)
Komentar
Posting Komentar