Model tongseng di Jakarta umumnya
didominasi oleh gaya Boyolali, kabupaten di sebelah utara kota Surakarta atau
Solo. Ini tak terelakkan karena memang pedagang sate-kambing, gule serta
tongseng umumnya berasal dari Boyolali, terutama di Kecamatan Glagahombo.
Bu Eko memasak tengkleng dan tongseng |
Secara turun-temurun mereka gigih
berdagang sate-gule kambing di ibukota serta sejumlah kota besar di Jawa. Oleh
karena itu lidah orang Jakarta sudah terpatri dengan resep tongseng Boyolali
ini. Celakanya, pedagang sate-gule asal Boyolali memberi cap warung mereka
dengan sate gule asal Solo.
Padahal resep tongseng di Boyolali
berbeda dengan Solo. Wonogiri, kabupaten di selatan Sukoharjo juga memiliki
resep yang berbeda dengan dua daerah itu. Maka dari itu bertualang rasa tongseng
mengasyikkan.
Salah satu dari jarang sekali warung
tongseng asli Solo adalah warung Ora Ngira atau tidak menyangka. Warung
ini terletak di kompleks Cipinang Indah,
tak jauh dari kompleks wartawan. Warung tongseng asli ini berdiri sejak tiga
tahun lalu, dikelola oleh Pak Eko bersama istri dan dua anaknya. Sedangkan
seorang anaknya tetap tinggal di Solo asal keluarga mereka.
Rasa lebih tajam
Menikmati tongseng daging kambing
olahan Pak Eko memang langsung meruntuhkan bayangan kita mengenai tongseng pada
umumnya di ibukota. Bumbu tongseng di warung Ora Ngira ini lebih tajam, lebih
menukik dengan nuansa kari yang kental. Memang ketika dicecap kuahnya,
tertinggal rasa alda yang juga ditemui di tongseng Boyolali. Akan tetapi
tongseng Pak Eko ini lebih mengarah ke gaya anak benua India.
Bila pelanggan ramai misalnya malam Minggu Pak Eko turun tangan |
Sate Kambing balibul
Selain bumbunya yang berbeda dengan
tongseng asal Boyolali pada umumnya, daging kambing di warung Ora Ngira ini
benar-benar empuk dan terasa manis. Sebab, menurut Pak Eko, daging yang dipakai
adalah dari kambing berusia lima bulan ke bawah atau lebih dikenal sebagai
“balibul” alias bawah lima bulan. Bukan hanya itu. Dagingnya benar-benar segar
karena baru saja disembelih sehingga memberi rasa manis.
Daging kambing tongseng ini, sama
seperti tongseng Boyolali, dipakai juga untuk membuat sate kambing. Oleh karena
itu sate di warung Ora Ngira ini empuk, manis, cocok untuk mereka yang sudah
punya masalah dengan gigi mereka.
Sate buntel & tengkleng
Salah satu sate khas asal Solo serta
Klaten adalah sate buntel. Sate ini dibuat dari daging kambing yang dicincang
halus, dibumbui, kemudian digulung memakai lemak kambing. Baru setelah itu
ditusuk agar mudah untuk dibakar. Sebenarnya sate gulung ini lebih nikmat.
Namun warga Jakarta nampaknya kurang menyambut sate istimewa ini. Dulu sate
buntel dapat dijumpai di warung Klaten di depan Fak, Kedokteran UI di Salemba.
Sayang warung ini sudah lama tutup. Ada lagi di Jalan Raya Pasar Minggu, namun
juga sudah tutup.
Remaja pun menggemari tongseng Ora Ngira |
Kekurang populeran sate buntel juga
dirasakan Pak Eko selama tiga tahun berdagang di Jakarta ini. Sehari paling dia
hanya bisa menyediakan emapt sampai lima tusuk saja. Itupun jarang ada yang
pesan karena memang kurang populer.
“Padahal proses pembuatannya rumit
dan memakan waktu, selain ketersediaan lemak kambing harus cukup,” tuturnya
kepada JURNAL BELLA. Oleh karena itu ia hanya membuat sate buntel atas pesanan
saja, terutama langganan yang sudah mengenal olahannya, melalaui nomer HP-nya
085728128101.
Masakan berikutnya adalah tengkleng.
Masakan satu ini benar-benar khas Solo. Tengkleng dimasak dari tulang-tulang
yang masih berdaging dengan bumbu antara sop dan gule. Karena memang jarang jenis masakan ini maka
warung Ora Ngira menjadi rujukan penggemar tengkleng untuk tingkat non-restoran
besar.
Berjuang di Jakarta
Pak Eko bertekad mengadu nasib di
Jakarta sejak tiga tahun terakhir karena sudah “mentok” berusaha di Solo. Ia
adalah pensiunan karyawan DAMRI Solo sejak tahun 1987. DAMRI di Solo sejak
krisis multi-dimensi tahun 1997 mengalami kesulitan. Namun para karyawannya
tetap berjuang mempertahankannya.
Selama masa sulit itu Bu Eko membuka
usaha katering kecil-kecilan, kemudian berkembang. Namun, Pak Eko ingin lebih
berkembang dan berkat bantuan kakaknya, ia menemukan temapt berjualan yang
cukup baik yaitu di Kompleks Perumahan Cipinang Indah.
Karena berbeda dengan tongseng yang
dikenal ia cepat mendapat langganan fanatik bukan hanya dari Jakarta, bahkan
dari Bogor, Tangerang dan Bekasi. Oleh karena itu warung milik Pak Eko ini
hanya buka dari pukul 16.00 hingga 20.00 saja.
Hemmm… rasa khas, harga terjangkau
dan keramahan pemilik menjadi ciri khas Warung Ora Ngira. Memang tidak akan
menyangka.
boleh tau alamat lengkapnya sate bunterl ini gan?
BalasHapusTempat jualannya di Kompleks Cipinang Indah, dekat Kompleks wartawan (PWI). Tanya saja mana rumah Menteri Kehutanan. Warung ini berjualan di pinggir pager rumah Pak Menteri. Semoga cepat ketemu.
BalasHapus