Pada 18
Oktober 2014 ini genap 50 tahun kapal layar latih KRI Dewaruci menyelesaikan tugas
Operasi Sang Saka Jaya, berkeliling dunia atas empat benua dan tujuh samudera,
ketika ia memasuki perairan Indonesia di Irian Jaya (Papua) setelah delapan
bulan terpisah dari Ibu Pertiwi.
Di bawah
pimpinan komandan kapal, Letkol Laut (P) Hari Sumantri, KRI Dewa Ruci bersama
101 awaknya yang lain, berkeliling dunia dalam misi persahabatan, mengenalkan
Indonesia sekaligus menunjukkan kepada dunia betapa tangguh orang Indonesia,
apalagi para pelautnya. Dewa Ruci disambut meriah di semua pelabuhan yang
disinggahinya, menjadi rubungan penduduk setempat. Hal ini karena selain
eksotisnya kapal layar tiang tinggi ini, juga keramah tamahan para awak
kapalnya.
Kapal latih
KRI Dewa Ruci adalah dari jenis Barquantine buatan galangan kapal H.C.
Stulchen, Jerman Barat, dibangun tahun 1952 kemudian diluncurkan 13 Januari
1953. Mulai juli 1953 kapal layar cantik ini masuk ke dalam jajaran armada TNI
AL dan diberi nama KRI Dewa Ruci sesuai nama tokoh pewayangan yang sakti
walaupun berbadan kecil. Komandan pertama KRI Dewa Ruci adalah Letkol (P)
A.F.H. Rosenow, perwira laut Jerman yang menjadi WNI. Ia dikenal sebagai pelaut
yang tangguh, berdisiplin tinggi, dan keras dalam mendidik kadet. Ia kemudian
menjadi Syahbandar Angkatan Laut di Tanjung Priok dan meninggal dunia di tahun
1966. Atas permintaannya sendiri saat masih hidup, jenazahnya diperabukan lalu
ditebar ke Teluk Jakarta. Sungguh seorang pelaut tulen.
KRI Dewa Ruci berlayar dengan layar terkembang penuh. Cantik. |
Banyak orang asing yang semula tidak tahu negara Indonesia, kecuali nama Soekarno
yang populer dan menginspirasi negara-negara dunia ketiga untuk merdeka. Di
Afrika nama Soekarno menjadi semacam “azimat” guna mendekatkan awak kapal
dengan penduduk setempat. Sayangnya di New York, AS, Dewa Ruci dianak tirikan,
diberi tempat sandar terisolasi dari penduduk setelah mengikuti lomba layar
Bermuda-New York. AS memang tidak ramah terhadap Indonesia apalagi Soekarno.
Protes dilayangkan oleh diplomat RI kepada panitia sehingga tempat labuh kapal
latih kita dipindah lebih dekat. Selain itu, semestinya KRI Dewa Ruci
mendapatkan juara pertama karena menjadi kapal layar terakhir yang menyerah
kepada alam yang tidak mengembuskan angin sama sekali. Tapi Dewa Ruci tidak
mendapat apa-apa kecuali urutan keempat.
Namun
masyarakat AS, baik yang berkulit putih, hitam, hispanik apalagi yang berasal
dari Indonesia sangat antusias mengunjungi kapal indah tersebut. Malahan dalam
acara World’s Fair di New York, awak
kapal menjadi perhatian utama. Mereka tidak percaya orang-orang kecil itu mampu
mengarungi ombak yang ganas sejak dari Samudera India hingga Atlantik. Dalam
parade, korps musik awak kapal KRI Dewa Ruci justru mendapat perhatian besar,
warga Broadway membuntuti hingga akhir.
Seorang nenek
warga setempat sampai berkata: “Ya Tuhan, mereka berbaris bak dewa-dewa
saja….”.
Menyedot perhatian di New York World’s Fair
Gagal
menjuarai lomba layar, awak kapal KRI Dewa Ruci, menyapu perhatian pengunjung
New York World’s Fair 1964 dengan atraksi seninya. Dua orang kadet yang
memiliki kemampuan tari wayang yang bagus, yaitu Adi Mulyo dan Akhmad Supriyo
Taram, mengisi acara dengan tari perang antara Hanoman (Supriyo) dan Buto
(raksasa) diperankan oleh Adi Mulyo yang bertubuh tinggi kekar. Tari ini
mendapat applause dari penonton
terutama para gadis dari berbagai bangsa di tribun khusus. Maka sang Buto pun
ambil kesempatan, ketika ditendang Hanoman ia justru jatuh ke pangkuan
gadis-gadis cantik itu. Tentu saja si cantik terpekik-pekik. Ini bonus hiburan
tersendiri bagi pemain setelah dilanda ketegangan selama pelayaran.
Berkali-kali
sang Buto ambil kesempatan seperti itu sampai akhirnya kena batunya. Ia
terjatuh di depan gadis asal Spanyol, terlentang betulan dengan celana robek
persis di bagian sensitif. Untungnya Buto memakai celana dalam! Para gadis
Spanyol itu terkesiap dengan bola mata berputar-putar dan mimik yang tak dapat
diduga. Sementara itu para awak KRI Dewa Ruci lain yang berdiri dekat panggung
tak mampu menolong si Buto sebab mereka sendiri mengalami kejang perut karena
tertawa terpingkal-pingkal habis-habisan.
Adi Mulyo
memasuki masa purnawirawan dengan pangkat terakhir Laksamana Pertama, hingga
kini masih tetap aktif berkesenian wayang sebagai dalang atau berperan sebagai Ki
Semar dalam berbagai pementasan wayang orang terutama di TVRI Stasiun Pusat
Jakarta. Kadet Akhmad Supriyo Taram sempat menjabat sebagai Kepala Pusat
Penerangan TNI AL dengan pangkat Kolonel dan kini telah berpulang.
Jejaka yang “bernafsu melamar” gadis bule
Pengalaman
lucu terjadi ketika KRI Dewa Ruci harus diperbaiki di sebuah dok di Yugoslavia
selama sebulan. Maka biasalah jika para kadet “ngeceng” mencari kenalan nonik-nonik bule. Celakanya para kadet ini
tidak tahu adat-istiadat setempat. Warga di situ terbiasa hidup di apartemen
sehingga kontak sosial hanya diadakan di taman, café, dan sebagainya.
Para kadet
itu masih mengira adat istiadat mereka sama, sehingga kerap minta berkunjung ke
rumahnya sebagai kunjungan kekeluargaan seperti di tanah air. Tentu saja si
gadis tersipu-sipu, sebab menurut kebiasaan di sana, bila jejaka berkunjung ke
rumah gadis itu sama artinya dengan melamar! Tentu saja wajah si jejaka menjadi
biru sangking malunya.
Teh super mahal, anggur gratisan
Kejadian
lainnya adalah ketika mereka memesan tiga gelas besar teh manis. Pelayan dan
manajer café geger sampai meyakinkan bahwa para awak kapal KRI Dewa Ruci
benar-benar memesan tiga jembangan teh manis. Rupanya para awak mengira teh di
Yugoslavia murah seperti di Indonesia. Mereka bisa mendapatkan gratis bila
makan di warung. Di Yugoslavia, teh harganya mahal sekali dan tidak sembarang
orang memesan walaupun secangkir kecil!
Sebaliknya
jika mereka makan di resto atau café, sebagai air minum disediakan anggur hitam
yang rasanya sepat-sepat manis. Gratis! Maka kesempatan itu dimanfaatkan
baik-baik sehingga ketika pulang ke kapal larut malam, jalannya sudah
sempoyongan, pipinya terasa menebal dan suka menyanyi!
Banyak
pengalaman lucu, sebagai selingan pengalaman menegangkan karena mereka sering
diembus badai. KRI Dewa Ruci sering nyaris tengkurap dan hampir tenggelam,
luput dari maut. Paling tidak berkali-kali layar robek, ada tiang yang patah,
lalu di potongan tiang itu dipenuhi nama para awak kapal dengan goresan-goresan
dan hingga kini disimpan di museum TNIAL.
Pulang
Setelah
diombang-ambingkan ombak, gelombang, alun dan topan badai selama delapan bulan
akhirnya pada 18 Oktober 1964 KRI Dewa Ruci memasuki perairan Irian Barat, dan
disambut meriah. Puncak acaranya adalah ketika Presiden Soekarno menemui para
awak kapal beberapa hari kemudian, sama seperti ketika mereka berangkat delapan
bulan sebelumnya.
Pemerintah
menganugerahi mereka Satya Lencana Sang Saka Jaya. Hanya ke 102 orang awak
kapal KRI Dewa Ruci itu saja yang pernah menerima penghargaan seperti itu.
Malahan mereka diusulkan naik pangkat satu tingkat, tapi ditolak oleh angkatan
lainnya dengan alasan berlayar mengeliling dunia sudah menjadi tugas TNI AL. Mestinya
mereka diajak berlayar menyeberangi Samudera Pasifik biar merasakan bahayanya
menjadi pelaut!
Kisah nyata
pengalaman KRI Dewa Ruci ditulis secara menarik oleh Cornelis Kowaas yang ketika
itu masih berpangkat letnan. Buku ini pernah menjadi bacaan wajib bagi siswa
seluruh Indonesia guna mengasah kebanggaan akan tanah air dan menggaris bawahi
manusia Indonesia yang berjiwa pelaut sejak zaman nenek moyang. Sayang ketika
diterbitkan kembali pada masa Orde Baru buku ini “disunat-sunat”, terutama yang
menyangkut nama Ir. Soekarno. Akhirnya pada tahun 2010 buku diterbitkan lagi,
selain seperti dulu, juga ditambahi informasi lainnya dengan judul Sebuah Kisah Nyata: Dewa Ruci, Pelayaran
Pertama Menaklukkan Tujuh Samudera.
Serba-serbi KRI Dewa Ruci
Kesibukan di geladak KRI Dewa Ruci ketika dihajar badai |
Buku menarik mengenai pengalaman ertama KRI Dewa Ruci melayari 7 samudera |
KRI Dewa Ruci
memiliki panjang 58,30 m; lebar 9,50 m; dengan bobot 847 ton. Hingga sekarang
KRI Dewa Ruci tetap bertugas mendidik para kadet Akademi Angkatan Laut, sambil
menunggu penggantinya yang lebih baru.
Komentar
Posting Komentar